KETIK, MALANG – Universitas Brawijaya melalui program Mahasiswa Membangun Desa (MMD) tengah mencanangkan program mini broadcast untuk mengeksplorasi potensi desa. Desa Tulungrejo yang ada di Kota Batu menjadi salah satu proyek percontohan (pilot project) pada program tersebut.
Diketahui terdapat dua desa lainnya di Jawa Timur yang menjadi proyek percontohan. Kedua desa tersebut terletak di Banyuwangi dan Bojonegoro.
"Desa Tulungrejo jadi salah satu pilot project kolaborasi antara akademisi UB dalam MMD bersama dengan dunia industri. Kami memunculkan istilah Desaverse, yaitu platform inovasi yang nantinya akan digunakan untuk memajukan potensi desa secara digital," ujar Endra Yuafanedi Arifianto selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) MMD Desa Tulungrejo pada Selasa (18/7/2023).
Program tersebut telah dirancang dalam jangka panjang. Pihaknya juga membentuk tiga jenis pendekatan yakni aplikasi yang dapat diunduh di playstore, website Desaverse, dan juga startup.
"Dalam jangka panjang, ini akan menjadi sebuah lapangan pekerjaan baru di desa yakni menjadi startup. Sebab mini broadcast membutuhkan SDM, tenaga ahli yang bisa tiap hari update potensi desa. Jika sudah berjalan maka akan memberikan keuntungan bagi desa," jelas Endra.
Jika program tersebut telah berjalan dengan sukses maka akan diserahkan sepenuhnya kepada desa. Pada mini broadcast ini terdaoat dua kontainer yang berisikan peralatan podcast lengkap. Peralatan tersebut digunakan untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan potensi dan kekayaan yang ada di desa.
"Konsepnya nanti di UB ada broadcast centernya, sedangkan di desa itu mini broadcast. Kontainer itu supaya tidak mempersulit desa untuk membangun infrastruktur, tapi sudah kita siapkan, jadi mudah dibawa ke titik mana. Tapi kalau desa sudah punya ruangan yang layak digunakan, ya bisa saja," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Tulungrejo, Suliono berharap MMD dapat membantu memperkenalkan potensi desa lebih luas lagi. Bukan rahasia bahwa Desa Tulungrejo telah terkenal dengan potensi pariwisata dan sumber daya alamnya.
"Desa ini secara sumber daya manusianya mungkin masih kurang. Maka sangat perlu untuk mengembangkan diri kami, baik dari potensi yang ada kemudian memperkenalkan ke khalayak," ujar Suliono.
Terlebih Desa Tulungrejo juga telah mencanangkan diri sebagai desa yang terintegrasi. Tentu diperlukan penggalian lebih dalam terkait potensi desa yang dibantu oleh para mahasiswa yang melakukan MMD. Dengan demikian, pembangunan desa ke depan pun akan lebih terencana dan tidak tumpang tindih.
"Desa terintegrasi amat penting dalam pembangunan. Bagaimana bisa desa dikasih dana desa besar, kalau pembangunan tidak terencana. Akan terjadi tumpang tindih sehingga program yang akan datang tidak nyambung dengan program tahun ini," jelasnya. (*)