KETIK, BATU – Warga Kota Batu, Jawa Timur terus berupaya untuk menangani sampah di lingkungan masing-masing. Hal itu lantaran Tempat Pengolahan Akhir (TPA) Tlekung di Kecamatan Junrejo hanya menerima sampah residu.
Sehingga, masing-masing desa atau kelurahan diwajibkan mengelola sampah organik dan non-organik secara mandiri. Kondisi ini mendorong gaya hidup ramah lingkungan kian menyebar di masyarakat Kota Batu.
Salah satunya yang dilakukan Warga RW 03, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo Kota Batu. Mereka mengolah sampah, terutama sampah organik menjadi pupuk kompos (komposter).
"Seluruh RT yang ada di wilayah RW kami mengadakan alat membuat pupuk kompos. Jadi, seluruh sampah organik akan dimasukkan ke dalam komposter tersebut," kata Ketua RW 03, Aditya Lindu Aji, Jum'at (8/9/2023).
Aditya mengutarakan, warga RW 03 Desa Mojorejo belajar secara langsung cara membuat pupuk kompos kepada Komunitas Sapu Bersih Nyemplung Kali (Sabers Pungli) Kota Batu. Ia juga secara kontinyu mensosialisasikan penggunaan komposter tersebut kepada masyarakat dan pelaku usaha di Desa Mojorejo.
"Dari komposter itu akan menghasilkan pupuk cair dan pupuk padat. Hasilnya akan dimanfaatkan oleh warga untuk pertanian," tambahnya.
Menurut Aditya, cara pembuatan komposter juga cukup mudah dan murah. Cukup menyiapkan dana sekitar Rp 1,5 juta untuk membeli tandon air.
Tandon tersebut kemudian disi dengan batu kerikil dan batu bata merah. Selanjutnya tandon juga dipasang pipa berlubang untuk membuang gas metan yang terkandung di dalam sampah.
"Dengan hadirnya komposter ini, diharapkan permasalahan sampah organik akan selesai di tingkat RW," tegasnya. (*)
