KETIK, PACITAN – Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2024, biasanya penjual terompet kebanjiran pembeli. Namun, tahun ini di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur kondisinya justru sebaliknya. Dagangan mereka sepi peminat.
Salah satu penjual terompet di Pertigaan Depan Pasar Arjowinangun Pacitan, Samin (80), mengaku omzetnya turun hingga 50 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Ia hanya mampu menjual sekitar 80 terompet hingga saat ini. Padahal, biasanya ia bisa menjual hingga 200 terompet.
"Tahun ini cukup sepi. Mungkin karena pembeli mulai tidak tertarik dengan mainan tradisional" kata Pria sebatang kara asal Kelurahan Giriharjo, Kecamatan Puhpelem, Kabupaten Wonogiri, Minggu (24/12/2023) petang.
Kakek empat cucu itu mengaku sudah berusaha untuk menarik minat pembeli dengan menawarkan berbagai macam terompet dengan harga terjangkau. Namun, usahanya belum membuahkan hasil.
Samin (80) kakek penjual terompet asal Kelurahan Giriharjo, Kecamatan Puhpelem, Kabupaten Wonogiri. (Foto: Al Ahmadi/Ketik.co.id)
"Saya sudah jual terompet dengan harga mulai dari Rp10 ribu hingga Rp15 ribu. Tapi, tetap saja sepi," ujarnya.
Kendati demikian, Samin akan tetap menjual terompet tradisionalnya hingga berakhirnya momentum tahun baru. Baru setelah itu ia akan kembali ke kampung halaman.
"Kalau malam saya tidur di emperan Toserba Luwes. Insyaallah, untuk saat ini tak bertahan jualan disini sampai tahun baru. ," ujarnya.
Dia mengatakan, pesaing terompet tradisional ialah jenis terompet berbahan plastik buatan pabrik. Harganya Rp25 ribu - Rp35 ribu.
"Kalau jenis terompet plastik di daerah-daerah mulai laris, karena tidak mudah koyak," terangnya.
Ia mengaku sedih melihat sepinya pembeli terompet tradisional. Ia khawatir jika tren ini terus berlanjut, maka terompet tradisional akan semakin tergusur oleh terompet plastik buatan pabrik.
"Terompet tradisional ini kan asli buatan pengrajin rumahan. Sayang sekali jika hilang begitu saja," ucapnya. (*)