KETIK, MALANG – Kota Malang sedang dilanda cuaca tak menentu. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat memperkirakan Indonesia memasuki musim kemarau. Namun hal tersebut berbeda dengan cuaca mendung dan hujan yang melanda Kota Malang.
Prakirawan BMKG Jawa Timur, Linda Fitrotul Muzayanah, menjelaskan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan fenomena ini. Salah satunya ialah gangguan atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO).
"Salah satu faktornya adanya gangguan atmosfer Madden Julian Oscillation (MJO) meskipun nilai mendekati netral. Kemudian adanya kondisi kelembaban udara yang tinggi di lapisan 850 mb," jelas Linda pada Senin (3/7/2023).
Sementara itu dari pantauan BMKG Jawa Timur, musim kemarau belum mencakup seluruh daerah, seperti Lumajang bagian barat daya dan wilayah Malang bagian tenggara, khususnya daerah Ampelgading. Sedangkan wilayah lain di Jawa Timur sudah memasuki musim kemarau.
Ia juga menyampaikan bahwa cuaca Kota Malang yang berawan juga dipengaruhi oleh daerah konvergensi.
"Untuk kejadian beberapa hari ini, masih sering mendung dan hujan ada faktor lain. Misalnya terdapat daerah konvergensi di sebelah utara Laut Jawa yang menunjukkan adanya perlambatan angin di sekitar Jawa bagian timur. Itu menyebabkan massa udara berkumpul," lanjutnya.
Hal tersebutlah yang mengakibatkan meningkatnya kecenderungan pertumbuhan awan hujan. Terlebih terlihat adanya belokan angin di lapisan 3.000 kaki.
Perlu ditekankan bahwa atmosfer di daerah tropis seperti Indonesia, bersifat dinamis. Meskipun BMKG telah memprediksi terjadi musim kemarau, potensi hujan masih akan tetap terjadi.
"Perlu diingat bahwa atmosfer di daerah tropis ini sangat dinamis. Jadi tidak selalu, pada musim kemarau tidak ada hujan sama sekali. Karena ada faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya potensi hujan tadi," terangnya.(*)