KETIK, BATU – Kecamatan Bumiaji merupakan kecamatan terluas di Kota Batu yang sebagian besar berada di Lereng Gunung Arjuno-Welirang. Ada 9 desa di wilayah tersebut, salah satunya adalah Desa Bumiaji.
Desa Bumiaji sangat erat kaitannya dengan sejarah asal usul nama Kota Batu. Begitu juga dengan penyebaran Islam di Kota Batu yang diyakini berawal dari desa tersebut.
Lantas bagaimanakah sejarah Bumiaji yang tidak bisa dipisahkan dari Kota Batu?
Legenda Desa Bumiaji berawal dari Mbalelo atau membangkangnya Pangeran Rojoyo selaku pejabat Kadilangu. Ia hijrah untuk menghindari konflik dengan para Adipati yang bersikap pro dan kontra terhadap kolonial Belanda.
Salah satu pengikut pangeran Rojoyo tersebut adalah Abu Ghonaim atau disebut juga dengan nama Kyai Gabug Angin.
"Oleh masyarakat setempat biasa dipanggil dengan nama Mbah wastu yang kemudian disengat menjadi mbah tuh atau Mbatu," tulis Debora Sulistyo, S.pd MM dalam Buku Jejak Nama dan Tempat di Kota Batu yang diterbitkan Kantor perpustakaan dan Kearsipan Pemkot Batu tahun 2022.
Abu Ghonaim berasal dari Jawa Tengah. Ia bersama pengikutnya hijrah untuk mempertahankan kebenaran keyakinan dan prinsip hidupnya yang tidak mau di bawah kekuasaan para penjajah.
Kemudian, menurut Debora, mereka mencari daerah baru, berkelana berbulan-bulan masuk keluar hutan. Sampai pada akhirnya sampai lah mereka di sebuah tempat di mana kuda mereka mogok jalan atau mberu. Mberu kini menjadi nama Desa di Kecamatan Bumiaji.
"Mberunya kuda tunggangan Abu Ghonaim sebagai petunjuk bahwa tempat ini cocok untuk mereka. Akhirnya ia memerintahkan para pengikutnya untuk berhenti di tempat itu saja," tambahnya.
Pintu masuk Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu. (Foto: Sholeh/ketik.co.id)
Saat istirahat karena kuda tunggangannya Mberu atau mogok jalan itu lah Abu Ghonaim dan para pengikutnya sangat menyenangi tempat itu. Bahkan menurut mereka yang ahli pertanian, tempat tersebut sangat subur untuk bercocok tanam.
Buminya sangat berharga atau Aji dalam bahasa Jawa, di kemudian hari Mberu hanya lah bagian dari Desa bumiaji ketika hutan telah dibabat dan berubah menjadi pemukiman.
"Di tempat barunya tersebut, Abu Ghonaim kemudian mengajarkan ilmu agama Islam kepada penduduk sekitar. Penduduk sekitar tertarik terhadap ajaran baru yang dibawa oleh Abu Ghonaim. Sehingga banyak dari mereka memeluk memeluk agama Islam," jelas Debora.
Menurut Debora, nama lain daru Abu Ghonaim yaitu Mbah Tuh adalah salah satu nama samaran. Sebagai pelarian dan gerilyawan Perang Diponegoro, Abu Ghonaim memang memiliki banyak nama samaran agar musuh-musuhnya terutama Belanda dan antek-anteknya sulit mengenal keberadaannya.
"Oleh sebagian anak keturunannya diyakini bahwa nama ini lah yang mengilhami nama Batu. Akan tetapi berdasar bukti sejarah nama batu sudah ada sejak zaman Majapahit berdasarkan bukti prasasti," jelasnya.
Setelah tutup usia, Abu Ghonaim atau Mbah Batu dimakamkan di Desa Bumiaji Kecamatan Bumiaji Kota Batu. Makam Mbah Batu pun kini menjadi destinasi wisata religi yang banyak diziarahi oleh masyarakat Kota Batu maupun Kabupaten Malang.
Desa Bumiaji sekarang menjelma menjadi desa wisata. Desa Bumiaji punya potensi alam yang melimpah sehingga desa ini juga menjadi jujugan para wisatawan. diantaranya, wisata petik apel, wisata petik jeruk dan wisata petik jambu.(*)