KETIK, SIDOARJO – Proyek pembetonan (betonisasi) ruas Jalan Porong hingga Krembung, Kabupaten Sidoarjo, terus menjadi perhatian Java Corruption Watch (JCW). Ketua JCW Sigit Imam Basuki ST menyatakan dirinya menemukan berbagai keanehan dalam dalam pelaksanaan proyek bernilai sekitar Rp 59,73 miliar tersebut.
”Masih saya amati terus bagaimana pengerjaan jalan beton ini. Dari lantai kerja, pembetonan, pengeringan, dan seterusnya,” papar Sigit.
Dia mengaku menyempatkan diri melekan malam-malam mengamati pekerjaan proyek di kawasan Porong dan Krembung, Sidoarjo. Direkamnya proses itu dengan video. Lelaki asal Desa Candipari, Kecamatan Porong, Sidoarjo, itu mencontohkan penancapan besi di tengah antara dua sisi beton.
Besi itu seharusnya ditancapkan saat beton masih basah. Dengan begitu, ada ikatan dengan beton. Yang terjadi, tambah dia, sebagian besi baru ditancapkan saat hamparan beton sudah kering.
”Beton kering dilubangi, kemudian baru ditancapi besi. Akibatnya, besi tidak mengikat dengan beton,” tambah Sigit yang juga seorang sarjana teknik sipil ini.
Selain itu, lanjut dia, ada indikasi tidak ada pemasangan besi wiremesh untuk pengecoran beton. Bahkan, tidak ada wiremesh di seluruh pembetonan. Fungsi besi wiremesh, antara lain, menjaga kelenturan beton dan menahan beban.
Karena itu, rawan terjadi beton patah pas lubang bekas gerinda akibat tidak adanya wiremesh. Kalau sudah dilewati kendaraan berat, bisa saja, malah terjadi patahan yang lebih luas.”Bisa terjadi amblas kalau tidak ada pembesiannya,” tambah Sigit.
Pada Rabu (25/10/2023), Sigit Imam Basuki mengecek langsung kondisi beton di Porong, Sidoarjo. Jalan sepanjang 5,6 kilometer itu membentang di atas jalan aspal. Sumbernya dana APBN dengan pagu disebut-sebut mencapai Rp 59,73 miliar.
Di kawasan Desa Lajuk, Kecamata Porong, Sidoarjo, dia memperhatikan beberapa bagian beton yang terlihat retak. Sebagian terlihat jelas. Retak sejak di dasar beton setebal 30 sentimeter di satu sisi memanjang hingga ke sisi lain. Keretakan itu muncul di bawah bagian atas beton yang digerinda bagian di atasnya. Bukan beton yang di-cutting bagian per bagian.
Mengapa beton itu bisa retak? Pria yang juga sarjana teknik sipil itu menjelaskan, indikasi terkuatnya adalah perencanaan pembangunan jalan beton. Sebab, hamparan beton itu tidak menggunakan tulangan besi. Juga tidak ada wiremesh-nya.
Campuran beton diratakan di atas jalan aspal sebagai lantai kerja. Tidak ada tulangan besi dan wiremesh. Untuk menahan bebannya sendiri saja tidak kuat. Padahal, jalan beton itu baru dibangun. Belum dilewati kendaraan.
Sigit mengaku sudah menghitung jumlah titik-titik retakan yang terlihat di sepanjang jalan beton antara Desa Lajuk, Kecamatan Porong, hingga Desa Jenggot, Kecamatan Krembung, Kabupaten Sidoarjo. Ada beberapa retakan yang terlihat seperti patah hingga ke bawah. Ada juga yang tampak retak saja.
”Ada lebih dari 50 titik,” katanya pada Rabu siang (25/10/2023).
Sigit mengaku akan mempertanyakan dasar-dasar perhitungan konsultan perencana pembetonan jalan tersebut. Mengapa tidak menggunakan wiremesh dalam beton cornya. Tapi, jika ternyata di gambar bestek serta rencana anggaran dan biaya (RAB) proyek tersebut.
”Jika ternyata di bestek dan RAB ada pembesian, artinya ada indikasi tidak baik dalam pelaksanannya,” tegas Sigit.
Ketika dikonfirmasi wartawan, Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (BM SDA) Sidoarjo Dwi Eko Saptono MT menyatakan proyek betonisasi di Porong—Krembung akan ditinjau tim ahli.
Untuk sementara, bisa dikatakan, kondisi keretakan beton di Porong—Krembung, Sidoarjo, tidak separah yang terjadi di ruas Mojoruntut, Sidoarjo, hingga perbatasan Ngoro, Mojokerto. Ada kemungkinan, keretakan terjadi karena kurang curing.
”Nanti akan kami perbaiki,” kata Dwi saat ditemui di kantor DPRD Sidoarjo pada Kamis (26/10/2023).
Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdor Ali menyatakan proyek pembetonan ruas Jalan Porong—Krembung, Sidoarjo, itu merupakan program jalan inpres (instruksi presiden). Yang melelang adalah pemerintah pusat.”Tanyakan pada yang melelang. Itu jalan inpres,” ungkapnya. (*)