KETIK, SURABAYA – Waisak adalah salah satu hari suci paling penting dalam agama Buddha, yang dirayakan untuk memperingati tiga peristiwa besar dalam kehidupan Siddhartha Gautama, yaitu kelahiran, pencerahan, dan kematiannya.
Berikut adalah sejarah dan perkembangan perayaan Waisak:
1. Asal Usul dan Sejarah Awal:
- Perayaan Waisak berakar dari peringatan kelahiran Buddha, yang diyakini terjadi sekitar abad ke-6 hingga ke-4 SM di wilayah Lumbini, Nepal.
Menurut tradisi, Siddhartha Gautama mencapai pencerahan di bawah pohon Bodhi di Bodh Gaya, India, dan meninggal dunia di Kushinagar, India.
Ketiga peristiwa ini dipercaya terjadi pada bulan yang sama dalam kalender lunar Buddhis, yaitu bulan Vesakha (atau Vaisakha), yang jatuh pada bulan April atau Mei dalam kalender Gregorian.
2. Penyebaran dan Pengaruh
Dengan penyebaran agama Buddha ke berbagai negara seperti Sri Lanka, Tiongkok, Korea, Jepang, Thailand, Myanmar, dan Indonesia, perayaan Waisak mulai dikenal dan dirayakan di berbagai budaya dengan variasi tradisi lokal.
Di Sri Lanka, Waisak dirayakan secara besar-besaran sejak diperkenalkannya agama Buddha oleh Mahinda, putra Kaisar Asoka, pada abad ke-3 SM. Di Tiongkok dan Jepang, perayaan ini dipengaruhi oleh budaya setempat dan biasanya dikenal sebagai 'Hanamatsuri' (Festival Bunga) di Jepang.
3. Modernisasi dan Perayaan Kontemporer
Pada tahun 1950, World Fellowship of Buddhists (WFB) mengadakan konferensi di Sri Lanka dan menetapkan Waisak sebagai hari perayaan universal bagi umat Buddha di seluruh dunia.
Di berbagai negara, perayaan Waisak melibatkan upacara keagamaan di vihara, meditasi, pembacaan sutra, dan kegiatan amal. Di Indonesia, perayaan Waisak secara resmi diakui sebagai hari libur nasional dan pusat perayaannya sering diadakan di Candi Borobudur, Jawa Tengah.
4. Tradisi dan Ritual
Tradisi perayaan Waisak meliputi pembersihan patung Buddha, penyalaan lampu atau lilin, pawai lentera, dan penyebaran pesan damai serta kasih sayang.
Di Indonesia, tradisi terkenal adalah pelepasan lampion dan pelepasan ribuan burung sebagai simbol pembebasan dan perdamaian.
Perayaan Waisak tidak hanya menjadi momen refleksi spiritual bagi umat Buddha, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan perdamaian di tengah keragaman budaya di berbagai negara. (*)