KETIK, JEMBER – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi bulanan Jember pada bulan Oktober 2023 sebesar 0,10 persen. Dengan indeks harga konsumen (IHK) sebesar 117,71.
Angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan Jawa Timur sebesar 0,27 persen dan Nasional dengan inflasi 0,17 persen.
Dari delapan kota IHK di Jawa Timur, semua mengalami inflasi. Jember menduduki posisi inflasi terendah kedua setelah Kabupaten Banyuwangi disusul Kediri, Probolinggo, dan Madiun. Sedangkan inflasi tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 0,63 persen.
Komoditas yang memiliki andil inflasi Oktober 2023 adalah bensin, beras, cabai rawit, bawang merah, upah asisten rumah tangga, gula pasir, mie kering instant, kacang panjang, daun pintu dan kangkung.
Sedangkan, komoditas yang memberikan andil deflasi bulanan adalah telur ayam ras, jagung manis, mangga, jeruk, bahan bakar rumah tangga, kentang, tongkol diawetkan, semangka, cabai merah, dan bawang putih.
Kepala BPS Jember, Tri Erwandi mengatakan bensin sebagai salah satu pemegang andil inflasi tertinggi karena harganya sempat naik pada bulan Oktober kemarin.
“Meskipun kenaikannya sedikit tapi pengguna bahan bakar bensin cukup tinggi sehingga andilnya pun tinggi. Kenaikan harga yang ditentukan pemerintah sehingga disebut inflasi administratif,” jelasnya usai rilis.
Sedangkan, pemegang andil inflasi lainnya seperti gula pasir karena pasokan yang ada dibandingkan permintaan pasar tidak mengakomodir. Menurutnya diduga ada beberapa pabrik gula yang tidak lagi beroperasi.
“Gula pasir kaitannya dengan impor harga tinggi, sementara dari produksi lokal tidak semua permintaan di Jember tercukupi, volume tidak besar,” papar Tri.
Untuk beberapa komoditas penyumbang inflasi, lanjut Tri, merupakan isu Nasional yang sering dialami oleh kabupaten atau kota lain. Termasuk cabai rawit yang juga harganya semakin merangkak naik.
“Permintaan cabai di Indonesia ini tinggi. Dari 514 kota/kabupaten, hampir separuhnya sama. Cabai itu memang ketersediaannya lagi kurang, kaitannya dengan panas ini semakin panjang artinya penanaman cabai tidak semulus yang biasanya,” imbuh Tri.(*)