KETIK, BANGKALAN – Perjalanan menggapai cita-cita tidak ada yang mudah. Khairunnisa Riyadi, pelajar putri asal Kampung Barat Tambak, Bangkalan tahu benar rasanya itu.
Sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dalam keluarga dengan kondisi ekonomi pas-pasan, keinginan memperbaiki masa depan menguatkannya menjalani hari-hari yang kerap terbentur keterbatasan.
Nisa, sapaan akrab Khairunnisa tinggal di Kampung Barat Tambak, Desa Pejagan, Kabupaten Bangkalan. Itu adalah kampung yang berada di tengah-tengah tambak ikan di kabupaten paling barat Pulau Madura. Tambak ikan juga menjadi sumber kehidupan utama masyarakat di daerah tersebut. Begitu pula bagi keluarga Nisa.
Ketika Hari Raya Idul Adha tiba, ada acara turun-temurun bernama Mercon di Kampung Barat Tambak. Acara tersebut selalu dilaksanakan di depan Masjid At-Taufiq di kampung tersebut. Acara ini selalu ditunggu-tunggu masyarakat setempat, tak terkecuali Nisa dan teman-temannya.
Acara biasanya dimulai dengan kemunculan badut berjoget di atas mobil. Balon-balon kecil yang diisi gas helium digantung sedemikian rupa untuk kemudian diterbangkan makin membuat meriah. Tak ketinggalan juga bunyian musik tong-tong menghibur masyarakat yang hadir.
Ada banyak jenis mercon yang diledakkan di momen ini. Seperti mercon roket dan mercon bola-bola kecil. Yang terakhir ini bentuknya sebesar bola tenis.
Ada juga mercon-mercon yang sengaja digantung di tiang-tiang di tengah tambak untuk diledakkan bergantian.
Tawa lepas dan raut wajah kegembiraan terlihat dari masyarakat yang berkerumum hadir. Begitu juga Nisa bersama sahabat-sahabatnya saat menyaksikan kemeriahan acara itu.
Bagi Nisa sendiri, momen seperti ini adalah hiburan, sedikit jeda di tengah menjalani kehidupan yang kerap terbentur keterbatasan.
Nisa, yang kini berusia 16 tahun sering mendapat pertanyaan terkait cita-cita. Bahkan sejak kecil saat masih sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) hinggi kini duduk di bangku kelas XI SMK.
"Cita-cita itu keinginan yang berwaktu. Setiap orang pasti memiliki cita-cita, tetapi tidak setiap orang bisa percaya diri di hadapan cita-cita yang ingin diraihnya,” ucapnya.
Siswi SMKN 1 Bangkalan itu mengaku punya cita-cita menjadi pengusaha kuliner sukses di Pulau Madura.
Namun, sebelum memiliki cita-cita itu, ternyata dia memiliki mimpi lain. Nisa yang dikenal sebagai murid teladan dan kerap meraih ranking 1 di sekolah itu sebenarnya ingin menjadi seorang Guru SMA.
Belum juga mendekati mimpi itu, Nisa buru-buru harus memendamnya karena faktor ekonomi keluarga.
Itu karena dia tahu, suatu hari nanti dia tidak akan bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi karena tak mampu membayar biaya pendidikan. Akhirnya, Nisa mengubah mimpi dan cita citanya.
Sebenarnya, dia juga sempat berfikir. Untuk menjadi pengusaha sukses juga butuh bekal kuliah di perguruan tinggi, dan biaya kuliah lagi-lagi masih menjadi masalah baginya dan keluarga.
Namun, tekad Nisa kali ini sudah bulat. Mimpinya tidak boleh diubah lagi. Dia tetap yakin bisa meraihnya.
Tapi membulatkan tekad memang tidak mudah. Dia mengaku pernah sakit hati karena dihina orang-orang sekitar karena cita-citanya itu dianggap terlalu tinggi.
“Beruntung saya selalu didukung orang tua dan sahabat-sahabat yang terus menguatkan saya. Toh, tidak ada salahnya kita memiliki cita-cita walaupun menurut orang lain itu mustahil untuk digapai,” ucapnya.
Prestasi Nisa di Sekolah
Setiap pagi saat berangkat sekolah, Nisa berboncengan dengan sepupunya. Itu karena dia tidak memiliki kendaraan pribadi untuk berangkat sekolah. Dia tidak pernah memaksa kedua orang tuanya membelikannya kendaraan pribadi.
Dia sadar orang tuanya belum mampu untuk membelikan itu. Dia bersyukur, setidaknya masih bisa sekolah. Dalam hatinya, masih banyak anak di luar sana yang belum bisa sekolah.
Di sekolahnya Nisa mendapatkan nilai terbaik pada praktek pembuatan video materi dasar-dasar Mplb (Manajemen Perkantoran).
Nisa dipuji guru mata pelajaran itu. Videonya jadi yang terbaik. Video itu dia beri judul "Pelayanan Prima ke Toko Kelontong Terdekat".
Khairunnisa Riyadi, remaja inspiratif yang tidak memandang keterbatasan sebagai hambatan. (Foto: dok. narasumber)
Saat pembuatan video, Nisa sebenarnya kesulitan karena memori handphone miliknya penuh. Tapi dia tidak menyerah. Dia mencari solusi. Dia menghapus foto-foto dan video yang menurutnya tidak terlalu penting lagi yang ada di memori handphonenya.
Tetapi usaha itu masih juga belum berhasil. Ada sebagian foto dan video tersisa yang menurutnya masih penting. Itu seperti foto-foto keluarga, teman-teman, dan lainnya. Kemudian Nisa mencoba menghapus aplikasi game miliknya. Akhirnya memori Handphone-nya tidak penuh lagi.
Saat Nisa mengerjakan tugas video tersebut, tiba-tiba ada pesan masuk. Pesan tersebut berisi “Salah satu kuota internet anda telah berakhir”. Dia kaget dan tidak tau harus bagaimana lagi.
Saat itu ia hanya memegang sedikit uang dan uang tersebut tidak cukup untuk membeli paket internet. Sebenarnya, ia ingin meminta kepada kedua orang tuanya, tetapi lagi-lagi dia tahu uang yang dimiliki orang tuanya belum cukup untuk membeli paket internet tambahan buatnya.
Itu karena uang orang tuanya sudah habis untuk membeli beras, lauk dan keperluan lainnya.
Tapi Nisa tidak pernah menyerah untuk menyelesaikan tugas tersebut. Ia kemudian berusaha menabung agar bisa membeli paket kuota dan keperluan lainnya.
Pernah Nisa ingin menyerah karena kerasnya hidup, tetapi dia sadar masih banyak orang yang lebih susah darinya. Dari kesadarannya tersebut ia bersabar dalam menghadapi cobaan. Setiap melakukan kegiatan apapun membaca Basmalah merupakan hal penting baginya.
Nisa Suka Berorganisasi
Di sekolah Nisa tidak hanya berprestasi dalam hal akademik. Dia juga aktif berorganisasi. Salah satunya mengikuti kegiatan Pramuka sebagai DKR (Dewan Kerja Ranting Bangkalan).
Dari kegiatan tersebut, Nisa kini menjadi pembina Pramuka. Dia mendapatkan gaji per bulan dari kegiatan itu. Dari uang itu juga dia bisa menabung untuk masa depan dan menggapai cita-citanya.
Di kegiatan Pramuka, Nisa mempunyai pengalaman saat menjelajah mendapatkan Lambang Kapak Biru. Saat penjelajahan, ia merasa bahagia karena bisa berkumpul dengan kakak-kakak pembina Pramuka dan teman temannya.
Di sekolah Nisa juga menjadi salah satu Petugas Upacara Bendera setiap hari Senin. Ia bertugas sebagai pembawa Bendera Merah Putih. Pengalaman tersebut merupakan pengalaman berharga baginya, karena dari pengalaman tersebut ia mendapatkan wawasan lebih luas di sekolahnya.
Dia bercerita, ada sedikit kendala yang dihadapinya saat menjadi petugas pembawa bendera. Dia sulit menyamakan gerakan tarikan Bendera Merah Putih dengan intonasi lagu Indonesia Raya. "Saya masih terus berlatih untuk menjadi petugas yang lebih baik," ucapnya.
Nisa (tiga dari kiri) bersama teman-temannya saat berkegiatan Pramuka (Foto: dok. narasumber)
Nisa juga bergabung di OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah). Dia senang menjadi salah satu bagian anggota OSIS di sekolahnya. Ia bangga, karena tidak semua siswa di sekolahnya bisa terpilih menjadi anggota OSIS.
“Di organisasi ini banyak sekali pengalaman yang saya dapat. Salah satunya bagaimana bekerja sama dalam tim dan menghargai pendapat orang lain,” ucap perempuan yang asli lahir di Bangkalan tersebut.
Sebelum menjadi anggota OSIS, Nisa memang adalah orang yang pemalu dan jarang sekali keluar kelas, bahkan hanya untuk sekadar membeli makanan di kantin. Itu karena ia membawa bekal sendiri dari rumah. Tetapi, semenjak menjadi anggota OSIS, ia mulai percaya diri dan bisa bergaul dengan teman-temannya.
Nisa, yang merupakan anak perempuan pertama dan satu-satunya di keluarga memiliki dua adik laki-laki. Harapan tertingginya untuk keluarga intinya sederhana, tapi begitu mulia.
Dia ingin merawat dan menjaga kedua adiknya sampai sukses dan berkeluarga suatu saat nanti.
"Saya akan menjadi orang sukses pertama yang mampu melampaui Ayah. Saya akan mengangkat derajat kedua orang tua," ucapnya.
Di usia yang masih sangat belia, Nisa sudah berhasil menjalani hidup yang tak mudah. Lebih dari itu, dia berdamai dan terus mencari cara untuk menggapai masa depannya. Dan keterbatasan, sama sekali bukan penghalang bagi remaja tangguh sepertinya. (*)
*Tulisan features ini karya Siti Zahira, SMAN 4 Bangkalan, peserta Pelatihan Teknik Menulis Berita di Platform Media Online SMA Double Track yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Jawa Timur, ITS, Unicef, dan Ketik Media.