KETIK, SURABAYA – KONI Jatim akan mengakhiri program pemusatan Latihan Daerah (Puslatda) Jatim 100/V pada Septermber 2023 atau sampai terselenggaranya Pra PON. Hal ini dikarenakan minimnya anggaran yang dikucurkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim untuk pembinaan dan pengembangan prestasi atlet.
“Untuk sementara kami jadwalkan sampai September saja atau sampai berakhirnya Pra PON. Karena anggaran yang kami miliki sangat terbatas. Sehingga tidak cukup untuk diteruskan sampai akhir tahun 2023,” kata Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi KONI Jatim, Dudi Harjantoro, Senin (1/5/2023).
Seperti diketahui, KONI Jatim hanya mendapatkan kucuran dana hibah dari Pemprov Jatim sebesar Rp55 miliar. Besaran ini jauh lebih kecil dibanding dua provinsi yang menjadi pesaing Jatim di setiap gelaran Pekan Olahraga Nasional (PON), yakni DKI Jakarta dan Jawa Barat.
DKI Jakarta sendiri mendapatkan kucuran sebesar Rp 270 miliar. Sementara Jabar mendapat dana hibah sebesar Rp 90 miliar. “Jujur saja, program puslatda ini bergantung pada kebijakan Pemprov Jatim. Kami sangat berharap mendapatkan tambahan bantuan dari Perubahan Anggaran Keuangan (PAK) nanti. Sebab, kalau tidak ada tambahan, puslatda akan berhenti sampai September saja,” tutur Dudi.
Saat ini, konsentrasi para atlet Puslatda Jatim difokuskan pada Pra PON dan Kejurnas pada September 2023 nanti. Setelah itu, KONI Jatim belum tahu apa yang bisa mereka lakukan karena dana hibah yang diterima KONI Jatim dipastikan sudah habis.
KONI Jatim telah mengalokasikan dana untuk Kejurnas maupun Pra PON. Namun, dana yang mereka sediakan juga terbatas hanya untuk peraih medali emas dan perak pada PON Sebelumnya. Kalau pun KONI Jatim tak melarang cabor memberangkatkan atlet melebihi kuota yang ditentukan, cabor harus menanggung kelebihan biayanya secara mandiri.
“Untuk keberangkatan atlet ke Pra PON juga kita bantu. Tapi juga tidak maksimal. Karena setelah kami hitung, memang sangat-sangat minim. Makanya, puslatda juga hanya sampai September,” terang Dudi.
Meski tak mau berandai-andai, Dudi meyakini, berhentinya puslatda bakal mengganggu persiapan para atlet dalam menatap PON Aceh-Sumut yang rencananya akan digelar pada 8-30 September 2024 mendatang.
“Karena kalau puslatda berhenti, kami akan mengembalikan atlet ke pengrov cabor masing-masing. Kalau sudah kembali, sulit bagi kita untuk memantau kondisi atlet. Atlet mau berhenti latihan atau tidak kita juga tidak tahu. Tentu sangat berbeda jika semuanya terpusat,” ujar Dudi.
Saat ini saja, Puslatda Jatim digelar dengan segala keterbatasan karena anggaran yang relatif minim dibanding puslatda sebelumnya. Bantuan ang saku atlet juga lebih kecil dibandingkan puslatda untuk PON Papua 2021 lalu.
“Kami tidak bisa membeli peralatan terbaru, ini sangat merugikan. Sebab, kalau kami pakai alat yang lama, pasti akan berbeda, karena alat terbaru memiliki teknologi terkini. Sementara lawannya sudah pakai alat yang lebih canggih. Jadi, jangan harap kita bisa bersaing kalau dananya minim,” ujar Dudi. (*)