KETIK, SURABAYA – Pasangan calon (Paslon) Calon Presiden dan Wakil Presiden (Capres dan Cawapres) Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka terus memperoleh dukungan di dalam pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Bentuk dukungan kali ini diutarakan dua tokoh agama dari Surabaya, Profesor Biyanto dan Gus Miftah. Keduanya menyebut mayoritas warga Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) mendukung Prabowo-Gibran.
Itu diungkapkan keduanya saat bincang santai di studio Podcast Wes Wayahe, Rumah Asprasi Tim Kampanye Daerah (TKD) Prabowo-Gibran Jatim, di Jalan Diponegoro, nomor 9 Kota Surabaya.
Profesor Biyanto menyebut banyak tokoh muda Muhammadiyah semisal Daniel Simanjuntak, mantan PP Muhammadiyah, Anthony, Najih dan Zulfikar, Sekjen & Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah, di barisan Prabowo.
"Masih banyak lagi tokoh Muhammadiyah yang menempati di barisan Paslon 02," tambahnya, Jumat (2/2/2024).
Apa sebab dukungan itu, Sekretaris PW Muhammadiyah Jatim ini memastikan ada sinkronisasi Prabowo-Gibran dengan concern Muhammadiyah, yakni bidang pendidikan, ekonomi, dan sosial.
Hal itu dibuktikan dengan hasil survei Poltracking yang menyebut bahwa warga Muhammadiyah yang ada di barisan Paslon Prabowo-Gibran mencapai 42 persen.
Padahal, karakter pemilih Muhammadiyah itu suaranya otonom, mandiri, dan tidak tergantung elit. Kondisi itu membuat Muhammadiyah, terjaga menjadi circle society.
"Di Muhammadiyah, memilih pemimpin itu memakai kriteria dan cukup memakai isyarat. Cenderung logika dan kecerdasan akal," ujarnya.
Karakter dasar suara Muhammadiyah sulit dimobilisasi. Tidak ada gus, tapi yang ada hanya gaes. Semua pribadi memiliki otoritas. Jika ingin dukungan maksimal, harus benar-benar beririsan dengan program Muhammadiyah.
Siapa yang bisa meyakinkan itu, akan punya keuntungan elektoral. Soal satu putaran atau dua putaran terserah masyarakat. Plus minusnya ada. Berpulang kepada masing-masing.
Sementara itu Gus Miftah, Wakil Sekretaris PCNU Surabaya ini dengan gamblang mengatakan tradisi warga Nahdliyin adalah nderek kiai.
Jika kiai mendukung ke Paslon 02, maka otomatis warga NU akan mengikuti. "Tradisi NU itu tawadhu kepada kiai panutannya," ujarnya.
Namun secara organisasi, struktural pengurus NU tidak boleh terlibat di politik praktis.
"Uniknya di NU, para tokoh itu seolah terpaksa terlibat secara pribadi dalam dukungan. Karena pasti tokoh NU itu dituakan atau jadi panutan di wilayah masing-masing," ujar Gus Miftah.
"Otomatis terlibat di model Pemilu langsung ini yang one man one vote. Itulah sebabnya warga NU pasti masih tanya ke tokoh tadi, harus ke mana, setelah itu mereka mengikuti panutannya tadi," imbuhnya.
Hanya saja memang di NU melarang secara organisasi, terlibat di politik praktis. Jika pribadinya, diperbolehkan. Seperti Gus Ipul, yang karena menjabat Sekjen PBNU hanya diizinkan secara pribadi, lalu diikuti massa pendukungnya. Termasuk Khofifah, yang masuk TKN, sehingga PBNU menonaktifkannya.
Menuju akhir sesi, moderator Sima, membacakan hasil survei dari lembaga Poltracking, yang menyebut warga NU sebanyak 48,8 persen mendukung Paslon 02, sedangkan lembaga SMRC, menyebut angka 50,7 persen warga NU ke Paslon 02.
Sementara itu, pengamat politik dari Departemen Politik Universitas Airlangga, Fahrul Muzakki, membeber bahwa jika pengikut NU di Indonesia telah mencapai 59,5 persen dari asumsi 270 juta total jumlah penduduk Indonesia maka warga NU saja berkisar 159 juta.
Di Jawa Timur, dengan komposisi 40 juta penduduk, dengan hak pilih 31 juta, dan dalam survei sekitar 42 persen warga NU di barisan Prabowo, artinya bisa tembus 13 juta pemilih NU ke Prabowo. Paslon lain tentu di bawahnya.
Fahrul, melihat di momentum elektoral ini ada hubungan mutualisme Prabowo-Gibran dengan NU dan Muhammadiyah.
"Gelombang besarnya di Paslon 02. Paslon lain kecil. Bahkan ada yang menyebut survei Prabowo tembus 55-60 persen untuk Jatim saja," ujarnya.
Sebagai daerah dengan penduduk atau hak pilih terbanya II setelah Jabar, Provinsi Jatim sangat menentukan peta politik nasional. "Jatim itu miniatur politik Indonesia," ujarnya.
Hanya saja, dia melihat bahwa faktor magnet tidak semata karena calonnya.
Ibarat calon itu barang yang dipajang di etalase toko. "Kenapa sebab menarik? Ya..kita harus melihat ke dalam isi toko. Di sana ada apa saja, siapa saja, dan strateginya gimana," ujarnya.
Pengaruh Khofifah Effect Tebalkan Suara Prabowo Gibran
Di sini Fahrul mengingatkan kepada kubu Prabowo di Jatim bahwa dukungan besar itu jangan lantas membuat terlena.
"Sisi yang menguntungkan, selama ini ternyata Prabowo sering di balik layar. Diam- diam menemui kiai, ditambah faktor Pak Jokowi," ujarnya.
"Apalagi sejak Khofifah, masuk TKN. Dia kan merepresentasikan NU, ditambah seorang gubernur Jatim. Maka Khofifah effect luar biasa dukungan NU ke Prabowo-Gibran," ujarnya.
Terakhir moderator Sima, mengajak masyarakat memenangkan Prabowo sekali putaran.
Dengan demikian Pemilu akan segera selesai dan tidak akan terjadi pembelahan dukungan di bawah. Dan bangsa ini bisa segera membangun urusan lain. (*)