KETIK, LUMAJANG – Akibat sering kekurangan air, sewa lahan pertanian di sepanjang Sungai Bondoyudo, turun dratis. Ini terjadi karena Sungai Bondoyudo sering dikeringkan yang berakibat kepada kurangnya air untuk kawasan pertanian tersebut.
Menurut Marzuqi, warga Desa Dawuhan Wetan, kalau dulu sewa lahan Rp 25 juta per tahun. Namun belakangan sewa tanah ini turun sampai Rp 15 juta saja per tahun.
"Karena tidak ada kepastian suplay air. Para penyewa lahan pertanian harus menambah biaya sendiri untuk mendapatkan air. Misalnya dengam membuat sumur bor sendiri," kata Marzuqi.
Tak hanya sewa swah yang turun, harga tanah juga ikut anjlok. Harga sawah biasanya laku sampai Rp. 1 miliar per hektar, sekarang ini penawaran ada pada kisaran Rp 600 juta."Harga jual tanah terutama di Dawuhan Wetan dan Sumberanyar anjlok," kata Marzuqi.
Hal senada juga disampaikan oleh Yaman Sukmana, petani di Kabupaten Lumajang. Yaman yang sering menyewa tanah untuk pertanian menyebut, baik petani maupun penyewa harus keluar biaya tambahan untuk mengairi lahan pertanian.
"Untuk memastikan tananam terairi dengan baik, ya harus bikin sumur bor. Selain sumur bor, harus menyewa mesin diesel penyedot air agar bisa mengairi sawah di sana. Jadinya ya harus ada biaya tambahan," jelas Yaman Sukmana.
Karena adanya biaya tambahan ini, maka penyewa akan menghitung sewa tanahnya dengan harga yang lebih rendah."Kalau dulu, jika tanahnya bagus, sewanya bisa mencapai Rpp 30 juta per tahun. Kalau sekarang tidak berani. Mungkin di bawah Rp 20 juta, asal tanahnya bagus,," urai Yaman Sukmana.(*)