KETIK, JAKARTA – Kondisi perekonomian global yang saat ini sedang tidak stabil memiliki tantangan tersendiri, terutama bagi pemerintah dalam menjaga kondisi perekonomian dalam negeri.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani melihat berbagai ancaman yang bisa saja terjadi untuk segera dilakukan langkah antisipasi.
Sri Mulyani mengatakan, kondisi perekonomian global yang dinamis saat ini dapat memicu spillover ke dalam negeri yang berpotensi mempengaruhi nilai tukar, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi. Belum lagi terkait tensi geopolitik di Timur Tengah dan perang yang terus berlanjut antara Ukraina dan Rusia.
“Saya menyampaikan ini dalam konteks biasa Amerika Serikat (AS)yield-nya rendah karena suku bunga selama, terutama sejak global finanial crisis itu sangat rendah, rate policy hanya 0,25%. Jadi ini adalah lonjakan yang sangat besar,” katanya Sri Mulyani dalam Konferensi APBN.
Sri Mulyani juga menambahkan saat ini pasar properti China juga sedang bermasalah. Hal ini karena sekitar 50 perusahaan properti di China mengalami kondisi gagal bayar atau default. Hal ini tentu saja akan berimbas ke perekonomian global karena China merupakan salah satu pemain utama.
"Efek dari China ini tentu akan mempengaruhi Indonesia karena China merupakan mitra dagang strategis bagi Indonesia," tambahnya.
Sementara itu kawasan Eropa nasibnya juga tidak lebih baik. Perang yang terus berlanjut antara Ukraina dan Rusia, ditambah lagi saat ini tengah berlangsung perang antara Hamas Palestina dan Israel. Membuat negara Eropa dilanda laju inflasi yang cukup tinggi. Ekonomi di Eropa terancam resesi karena kenaikan suku bunga terjadi dalam kurun waktu yang lama.
"Intinya adalah situasi perekonomian global sangat tidak pasti dan risikonya cenderung ke bawah,” pungkas Sri Mulyani.(*)