KETIK, SURABAYA – Lembaga Pendidikan Montessori Islam Albata, sekolah Montessori pertama di Surabaya yang mengombinasikan metode Montessori dengan nilai-nilai keislaman seperti tauhid, adab, fiqih, sirah, tahsin, dan tahfid jadi incaran hingga mancanegara.
Pasalnya, sekolah berstandar internasional yang menggunakan sistem pendidikan ala Dr. Maria Montessori, seorang pendidik asal Italia ini juga memiliki kelas daring yang memungkinkan untuk muridnya berasal dari mancanegara, seperti Korea, Jepang, Singapura, dan negara lain.
Montessori Berbasis Islam
Maulida Rosinta Devi atau Ustazah Sinta, koordinator kelas Toodler Albata Surabaya mengatakan, metode Montessori ini berfokus pada anak. Anak diberi kebebasan melakukan apa yang mereka inginkan, sementara orang tua atau guru bertindak sebagai fasilitator.
“Anak lebih banyak dilatih untuk mandiri, disiplin, dan aktif dalam berkegiatan. Anak diberi kesempatan belajar melalui pengalaman langsung, melakukan aktivitas sesuai keinginannya tanpa paksaan tapi masih tetap mengikuti aturan yang dijelaskan guru,” jelasnya, Selasa (11/6/2024).
Di sana, anak-anak diajak melakukan kegiatan seru dengan menambahkan nilai-nilai keislaman. Dengan tujuan tumbuh rasa cinta anak pada agama Islam sehingga dapat mengaplikasikannya dengan senang hati tanpa paksaan apapun.
Murid-murid toodler Albata belajar tawaf bersama ustadzah (Foto: Fatimah/Ketik.co,id)
Permainan Montessori
Seperti saat Ketik.co.id berkunjung ke salah satu cabang kelas Toodler Albata di Gayungsari Surabaya, Selasa (11/6/2024). Anak-anak usia 1-3 tahun terlihat gembira mengikuti setiap rangkaian kegiatan. Mulai dari berdoa bersama, membaca surat-surat pendek, bermain menggunakan alat kerja, dan mengikuti kegiatan sesuai tema.
Anak-anak diberi kebebasan bermain alat kerja sesuai keinginannya. Ada yang bermain menggunakan alat practical life sehari-hari seperti cobek lengkap dengan bahan makanannya, alat pertukangan yang berisi palu dan paku mainan, dan alat sehari-hari lainnya.
Tak hanya itu, mereka dilatih sensorik motoriknya dengan permainan-permainan khusus. Sand Paper Later (SPL) huruf Hijaiyah misalnya, yang memiliki tekstur kasar pada bentuk huruf hijaiyahnya, dan tekstur halus di bagian sisi hurufnya.
“Kalau sensorial itu melatih inderanya mereka. Jadi mereka diberi mainan bertekstur seperti SPL Hijaiyah ini. Mereka menyentuh mainan itu dan belajar bentuk huruf hijaiyah melalui inderanya,” ungkap Atika, pengajar kelas Toodler Albata Surabaya.
“Ada lagi mainan yang melatih indera pendengaran, namanya sound box. Mereka nanti bisa membedakan bunyi yang keluar ketika menggerakkan mainan ini,” tambahnya sambil memeragakan mainan tersebut.
Agar tidak bosan, jenis-jenis permainan yang tersedia akan diganti sebulan sekali. Menariknya, dalam kelas online pihak sekolah akan mengirimkan permainan Montessori ke rumah masing-masing untuk mendukung pembelajaran tanpa biaya tambahan atau bebas dari biaya pengiriman.
“Kalau kelas online kami menggunakan aplikasi Zoom. Nanti mainannya juga dikirimkan langsung ke rumah masing-masing. Yang rumahnya luar negeri juga dikirimkan biasanya H-2 minggu pembelajaran,” kata Atika. Meskipun berlangsung secara online, para pengajar berupaya untuk membuat siswa tetap aktif dan komunikatif dalam proses pembelajaran.
Tema Menyenangkan
Untuk tema kegiatan, Albata selalu memilih tema yang edukatif dan menyenangkan, terang Novi yang juga pengajar kelas Toodler Albata, kali ini anak-anak diajarkan tentang haji.
Hal ini berkenaan dengan momen bulan haji yang tengah berlangsung. Untuk memberikan gambaran jelas terhadap tema, anak-anak mendapat pengalaman langsung melakukan ibadah haji menggunakan replika Ka’bah yang terletak di depan kelas.
"Dalam satu bulan temanya beda-beda. Tema kali ini anak-anak diajarkan dasar-dasarnya, seperti Tawaf, Sa’I dan melempar jumrah. Kalau kemarin kami kenalkan dengan kurban," lanjut Novi.
Dalam sebulan, anak-anak memiliki empat kali pertemuan. Tiga pertemuan dalam kelas dan satu kali pertemuan field trip (belajar di luar kelas). Jumlah siswa dalam setiap kelas beragam, mulai dari 10 dan maksimal 20 orang agar kondisi kelas tetap kondusif. Setiap kelas, anak-anak akan didampingi oleh dua orang pengajar yang profesional.
Albata memiliki standar untuk fasilitas kelas mereka. Mulai dari ruangan kelas, hingga lokasi tujuan field trip yang mereka adakan rutin setiap bulannya. Hal tersebut guna menjaga kenyamanan siswa dalam proses belajar.
“Ini yang jadi keunggulan kami, yakni memberikan fasilitas memadai untuk perkembangan anak dan memiliki program-program menyenangkan bagi anak, mulai dari offline, online maupun field trip,” tutur Sinta.
Untuk kelas toodler offline sudah menyebar di berbagai kota, yakni Surabaya (Babatan, Gayungsari, dan Prapanca), Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Bogor, Bandung, Depok, Kota Tangerang dan Tangerang Selatan.
Selain kelas Toddler yang sudah tersebar di beberapa kota, Albata juga memiliki program pendidikan lainnya yaitu Kindergarten dan juga TPQ Kids dan Teens yang bisa dipilih secara online maupun offline sesuai kebutuhan siswa.(*)