KETIK, YOGYAKARTA – Untuk sementara waktu Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWS SO) akan mematikan dua aliran kanal irigasi utama di wilayah Sleman. Yakni selokan Mataram yang akan dimatikan selama 1,5 bulan mulai Rabu 16 Oktober hingga 2 Desember 2024. Serta selokan Van Der Wijck yang telah dimatikan mulai 1 Oktober 2024 hingga 31 Oktober 2024.
Pelaksana Tugas Kepala Bidang Operasional dan Pemeliharaan BBWS SO, Syahril dalam keterangan sebelumnya menyebutkan, penutupan kedua saluran irigasi ini dimaksudkan untuk pemeliharaan rutin. Sekaligus untuk mengecek adanya potensi kerusakan yang tidak terpantau ketika kondisinya basah.
Untuk itu, jajaran BBWS SO, sebut Syahril telah berkoordinasi dengan instansi terkait. Terutama pada wilayah yang bergantung pada kedua saluran irigasi ini. Menurutnya sosialisasi ini sudah dilakukan sejak 31 Juli 2024, baik dengan Pemkab Sleman, Kulonprogo, Bantul maupun kelompok tani.
Datangi Gedung DPRD DIY
Namun, kebijakan tersebut ternyata menuai reaksi masyarakat. Salah satunya dari Aliansi Peduli Petani Sleman (AP2S). Pada Ketik.co.id, Selasa 15 Oktober 2024, Korlap Aliansi Peduli Petani Sleman, Sutrisno mengatakan pihaknya, Senin 14 Oktober 2024 telah melakukan audensi dengan DPRD DIY.
Menurut Sutrisno, Aliansi Peduli Petani Sleman (AP2S) merupakan gabungan para petani Sleman yang terdampak penutupan selokan Van Der Wijck.
"Saat ini kami para petani, kesulitan air akibat penutupan selokan Van der Wijck. Yakni penutupan selama sebulan penuh pada tiga tahun terakhir (setiap bulan Oktober) dan penutupan rutin setiap Selasa, pada minggu ke-2 dan minggu ke-4," ungkapnya.
Ia paparkan dampak ditutup atau matikannya aliran selokan tadi mengakibatkan lahan pertanian menjadi kering, kegiatan petani terganggu, hasil produksi (panenan) menurun, petani tanaman pangan, Hortikultura dan petani ikan dirugikan. Serta kebutuhan air Rumah Tangga terganggu.
Lebih lanjut ia katakan, kehadiran 50 orang dari Aliansi Peduli Petani Sleman ke DPRD DIY untuk memastikan para petani di Sleman mendapatkan jaminan pengairan lahan pertanian yang memadai agar dapat melakukan kegiatan bertani secara berkelanjutan.
Ia sampaikan pula, bagi petani tanaman pangan (padi) penutupan selokan selama sebulan tersebut mengakibatkan sekurang-kurangnya satu musim/masa tanam hangus.
Kondisi selokan Mataram saat aliran airnya dimatikan sementara pada pertengahan bulan Oktober tahun 2023 lalu. (Foto: Fajar Rianto/Ketik.co.id)
"Kalau di hitung secara nominal kerugian satu masa tanam, minimal Rp20 Juta/hektar. Jika luasan lahan terdampak 1.500 hektar, maka jika dihitung total kerugian sebesar Rp30 miliar," terangnya.
Sedangkan bagi petani hortikultura dampaknya mengakibatkan satu siklus tanam (cabai) terganggu. Jika di rata-rata kerugian akibat terganggunya satu siklus tanam (cabai), Rp200 Juta/hektar.
Sementara bagi petani ikan mengakibatlan sekurang-kurangnya satu siklus budidaya ikan tertunda, dengan estimasi kerugian sekitar Rp180 Juta/1.000 kg ikan Nila konsumsi.
Masih menurut Sutrisno, itu belum dampak lainnya. Untuk itu pihaknya meminta aliran selokan Van Der Wijck segera dibuka.
Pasca audensi tersebut, pimpinan sementara DPRD DIY, Nuryadi pada Selasa, 15 Oktober 2024 mengundang Aliansi Peduli Petani Sleman untuk hadir ke ruang Banggar Lantai 2 DPRD DIY.
Undangan ini sebagai tindak lanjut audiensi sebelumnya terkait pengaduan atas dampak penutupan Selokan Van Der Wijck terhadap keberlangsungan kegiatan pertanian di lahan pertanian Kabupaten Sleman.
Tercatat 77 pihak terkait diundang dalam kesempatan ini. Termasuk BBWS SO, sejumlah OPD baik tingkat I maupun tingkat II, para Kapolsek, Panewu, Lurah, Kelompok petani ikan, Gapoktan dan sebagainya.
Wilayah Terdampak
Perlu diketahui, menilik sejarahnya, Irigasi Van der Wicjk dibangun oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda bersamaan dengan pembuatan Bendungan Karang Talun kisaran tahun 1909. Adapun pembagian kanal/selokan Mataram dengan irigasi Van der Wijck berada 400 meter dari pintu keluar terowongan Bligo.
Karena merupakan pembagian dengan selokan Mataram serta memiliki hulu yang sama dengan selokan Mataram yakni sungai Progo, maka irigasi Van der Wijck juga sering disebut selokan Mataram II. Kanal irigasi sepanjang sekitar 17 km ini mengaliri wilayah Kapanewon Minggir dan Moyudan, Sleman.
Sedangkan selokan Mataram dibangun mulai 1942 dan selesai 1944. Kanal irigasi ini menghubungkan sungai Progo di sebelah barat dan sungai Opak di sebelah timur. Keberadaan selokan Mataram membelah wilayah DI Yogyakarta melintasi Sleman paling barat hingga Sleman ujung timur.
Bagian barat mengaliri daerah Kapanewon Moyudan, Minggir, Seyegan, Mlati dan bagian Sleman Utara kecuali Tempel, Pakem, Turi, dan Ngaglik. Bagian utara mengaliri Desa Margokaton dan sekitarnya.
Melalui pembagian selokan Mataram dengan irigasi Van Der Wijck untuk bagian selatan mengaliri Kabupaten Bantul dan sekitarnya. Sedangkan bagian timur mengaliri wilayah Prambanan, Kalasan dan sekitarnya. (*)