KETIK, SURABAYA – Hasil produk hasil karya narapidana (napi) di Jawa Timur menjadi barang yang paling laris se-Indonesia dalam One Day One Prison's Product.Omzet dari hasil karya napi dari 39 Lapas dan Rutan di Jatim mencapai Rp 990 juta. Dari pendapatan tersebut, jajaran pemasyarakatan Jatim menyumbangkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp. 74.221.609,- .
“Omzet tersebut dari hasil penjualan produk sekitar 1,5 bulan dari pertengahan Maret hingga akhir April 2023 untuk memeriahkan Hari Bakti Pemasyarakatan ke-59,” ujar Kakanwil Kemenkumham Jatim Imam Jauhari, Minggu (14/5/2023).
Imam menjelaskan, pada kegiatan ini 39 lapas dan rutan di Jatim memamerkan dan menjual produk karya warga binaan. Beberapa produk unggulan yang dijual seperti meubel, celengan kreasi dari kertas bekas, keripik, batik hingga tahu nigarin.
Proses penghitungan omzet penjualan karya napi dilakukan melalui proses verifikas didasarkan pada bukti/ nota penjualan produk. Serta proses verifikasi PNBP didasarkan pada data yang masuk di aplikasi OMSPAN (spanint.kemenkeu.go.id) periode bulan Maret - April 2023.
“Alhamdulillah berkat antusiasme masyarakat untuk membeli produk napi dan jajaran petugas pemasyarakatan untuk memasarkan produk, Kanwil Kemenkumham Jatim ditetapkan dengan penjualan tertinggi dari Ditjen Pemasyarakatan,” urai Imam.
Imam melanjutkan, Lapas I Surabaya menjadi lapas dengan omzet paling tinggi dengan Rp. 323.024.750. Untuk kontribusi terhadap PNBP, Lapas I Malang menjadi yang paling tinggi dengan Rp. 12.917.459,-. “Jadi dari omzet yang didapatkan, dibagi lagi untuk biaya modal serta ada premi untuk napi sebagai tabungan saat mereka bebas nanti,” terangnya.
Capaian ini diharapkan bisa meyakinkan masyarakat agar tidak ragu untuk membeli produk napi. Karena Imam menegaskan secara kualitas, produk karya warga binaan tidak kalah dengan produk di luar lapas. “Ini adalah bukti bahwa karya-karya narapidana di Jatim sangat berkualitas,” tutur Imam Jauhari bangga.
Teguh Wibowo selaku kepala divisi Pemasyarakatan berharap kegiatan kerja napi tidak hanya sebagai pengisi waktu selama berada di lapas/rutan saja. Tetapi juga sebagai modal keterampilan dan mendorong ekonomi kreatif.
“Kami dorong terus napi bisa terus mengembangkan kreativitas dan minatnya atas kesenian sehingga walaupun mereka berada di tempat yang terbatas, namun kreativitas mereka tidak terbatas,” tuturnya. (*)