KETIK, LUMAJANG – Pengeringan Sungai Bondoyudo di sepanjang jalan Wonorejo hingga Tanggung Jember menyebabkan sejumlah petani di sepanjang sungai tersebut menjerit, karena kurangnya suplay air.
Hal ini disampaikan Ketua DPC Partai Demokrat Lumajang Idris Marzuqi usai Sidang Paripurna DPRD Lumajang, pada hari ini, Rabu (14/6) di DPRD Lumajang.
Menurut Idris Marzuqi, pengeringan yang disebabkan oleh pembangunan plengsengan dan normalisasi.
"Yang paling terdampak desa Dawuhan Wetan dan Sumberanyar Kecamatan Rowokangkung. Mungkin juga desa yang lain. Jika ada pengeringan, dipastikan tanaman petani tidak mendapatkan pasokan air," kata Idris Marzuqi.
Dijelaskan, untuk mengatasi kekeringan akibat kurangnya suplai air, biasanya ditempuh dengan cara menyewa mesin diesel penyedot air, untuk mengatasi tanaman padi yang kekurangan air.
"Itu dilakukan oleh petani yang punya uang untuk menyewa mesin diesel penyedot air. Jika tidak punya uang, terpaksa tanaman rusak dan petani bisa gagal panen," kata H. Idris Marzuqi, kemudian.
Oleh karena itu Idris Marzuqi berharap agar Pemkab Lumajang melakukan koordinasi dengan Pemerintah Propinsi Jatim, agar proyek pembangunan plengsengan dipersingkat dengan tujuan tidak merugikan petani.
"Harusnya pekerjaan itu tidak melibatkan satu kontraktor jika memang volume pekerjaannya cukup besar. Jika terus begini, prosesnya akan lama dan petani akan sangat dirugikan," lanjut Idris Marzuqi.
Disisi lain, akibat ketidakpastian pasokan air, harga jual dan harga sewa tanah di Desa Daawuhan Wetan dan Sumberanyar anjlok.
"Harga jual tanah di sini anjlok. Termasuk harga sewa tanah juga turun drastis, karena tidak adanya kepastian bntuan air. Makanya saya meminta masalah ini segera bisa ditangani dengan baik, agar petani tidak semakin merugi," harap Idris Marzuqi kemudian.