Outlook Sektor Jasa Keuangan Indonesia 2025, Perbankan Nasional Diharap Terus Lanjutkan Kinerja Positif

Jurnalis: Iwa AS
Editor: Akhmad Sugriwa

30 Desember 2024 23:18 30 Des 2024 23:18

Thumbnail Outlook Sektor Jasa Keuangan Indonesia 2025, Perbankan Nasional Diharap Terus Lanjutkan Kinerja Positif Watermark Ketik
Narasumber Seminar “Outlook Sektor Jasa Keuangan Indonesia Tahun 2025 di Hilton Bandung. (Foto:OJK)

KETIK, BANDUNG – Di tengah perekonomian global dan dinamika perekonomian domestik, kinerja perbankan Indonesia tetap positif. Hal tersebut tercermin dari realisasi intermediasi perbankan yang tumbuh dengan profil risiko yang terjaga.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae menyebutkan pada Oktober 2024, penyaluran kredit tumbuh double digit sebesar 10,92 persen secara tahunan (YoY) menjadi Rp7.657 triliun. 

Dana Pihak Ketiga (DPK) tercatat tumbuh sebesar 6,74 persen YoY menjadi Rp8.751 triliun. Adapun kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio Kredit Bermasalah (Non-Performing Loans/ NPL) gross sebesar 2,20 persen. 

Demikian pemaparan Dian Ediana Rae saat menjadi nara sumber Seminar Stabilitas Sistem Keuangan (SSK) bertema “Outlook Sektor Jasa Keuangan Indonesia Tahun 2025, Mitigasi Dinamika Global dan Regional, Memastikan Keberlanjutan Pertumbuhan Ekonomi Nasional”, yang digelar Kantor OJK Provinsi Jawa Barat di Hilton Bandung, akhir pekan lalu.

“Ketahanan perbankan juga tetap kuat tecermin dari rasio permodalan (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang berada di level tinggi dan meningkat yaitu sebesar 27,07 persen dan menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global,” papar Dian Ediana. 

Dian menambahkan, berdasarkan Survei Orientasi Bisnis Perbankan (SBPO) yang dilaksanakan oleh OJK kepada bank umum setiap triwulanan, menunjukan persepsi yang optimis untuk triwulan IV-2024. 

Hal ini tecermin dari Indeks Orientasi Bisnis Perbankan (IBP) pada triwulan IV-2024 yang berada pada zona optimis di level 66, meskipun sedikit menurun dari level 68 pada triwulan III-2024. 

Optimisme didorong oleh ekspektasi terhadap akan membaiknya kondisi makroekonomi, berlanjutnya peningkatan intermediasi dan keyakinan bahwa bank cukup mampu mengelola risiko di tengah tantangan kondisi makroekonomi global.

Indeks Ekspektasi Kondisi Makroekonomi (IKM) pada triwulan IV-2024 berada pada level optimis dengan indeks yang meningkat menjadi 62 dari 59 pada triwulan III-2024. Optimisme pada triwulan IV-2024 disebabkan oleh prediksi bahwa kondisi makroekonomi akan membaik, BI-Rate yang cenderung stabil dan nilai tukar yang diperkirakan menguat. 

Mayoritas responden meyakini bahwa risiko perbankan pada triwulan IV-2024 masih terjaga dan terkendali. Seiring dengan penyaluran kredit yang diperkirakan meningkat, usaha bank untuk melakukan monitoring dan penagihan nasabah kredit bermasalah serta pelaksanaan hapus buku untuk menekan peningkatan NPL, responden memperkirakan bahwa risiko kredit (NPL/NPF gross) pada triwulan IV-2024 akan membaik dari 2,21 persen pada akhir September 2024. 

Selanjutnya, risiko pasar diperkirakan cukup terjaga antara lain karena perbankan menjaga rasio Posisi Devisa Neto (PDN) pada level rendah dan berada pada posisi long serta Net Interest Margin (NIM) yang diproyeksikan meningkat. Risiko likuiditas diperkirakan masih terjaga dan membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini didorong ekspektasi “alat likuid (kas dan setara kas)” perbankan yang masih akan tumbuh.

Ekspektasi terhadap kinerja perbankan (IEK) pada triwulan IV-2024 masih optimis dengan IEK sebesar 81, meskipun menurun dari 86 pada triwulan III-2024. 

"Optimisme kinerja perbankan didorong oleh ekspektasi peningkatan DPK dan penyaluran kredit yang berdampak pada peningkatan laba dan modal perbankan," jelas DIan.

Namun demikian, Dian mengingatkan masih adanya beberapa hal yang dinilai perlu ditindaklanjuti perbankan ke depan yakni pemenuhan modal inti minimum (MIM) untuk Bank Perekonomian Rakyat (BPR) dan Bank Pembangunan Daerah (BPD). Termasuk pemanfaatan digitalisasi yang dapat berpotensi meningkatkan cyber risk dan third party risk, peningkatan dukungan terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Selain itu juga optimalisasi peran perbankan syariah dan perbankan daerah dalam mendukung perekonomian daerah. 

"Menindaklanjuti upaya-upaya tersebut di atas, perbankan nasional diharapkan dapat terus melanjutkan kinerja positifnya di tahun 2025, meski tantangan ekonomi global dan domestik masih relatif tinggi," pungkas Dian.

Perbankan Jawa Barat

Sementara Kepala OJK Provinsi Jawa Barat, Imansyah menyatakan kinerja perbankan di Jawa Barat juga tumbuh positif seiring dengan perbankan nasional. 

Per Oktober 2024, realisasi penyaluran kredit tumbuh 8,15 persen YoY menjadi sebesar Rp646 triliun dan DPK tumbuh 6,15 persen YoY menjadi sebesar Rp699 triliun. 

Rasio NPL gross perbankan di Jabar menunjukkan tren perbaikan dari sebesar 3,62 persen di Oktober 2023 menjadi 3,39 persen di Oktober 2024. Perbaikan rasio NPL gross dikontribusikan oleh pertumbuhan kredit sebesar Rp48,70 triliun (8,15 persen yoy), yang lebih tinggi dibandingkan peningkatan nominal kredit bermasalah sebesar Rp0,31 triliun (1,43 persen yoy) dari sebesar Rp21,64 triliun di Oktober 2023 menjadi Rp21,95 triliun di Oktober 2024.

Dalam beberapa tahun terakhir, kata Imansyah, sektor perbankan mengalami pertumbuhan kredit dan DPK. Menurutnya OJK memiliki peran penting dalam mengawasi dan mengatur perbankan dan seluruh Lembaga Jasa Keuangan (LJK) di Jabar. 

"Kita akan terus berkomitmen melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, guna memastikan pertumbuhan dan kontribusi LJK di Jawa Barat yang sehat dan berkelanjutan,” tandas Imansyah.(*)
 

Tombol Google News

Tags:

pjk Perbankan Jasa Keuangan keungan global makroekonmi