KETIK, JAKARTA – Batu ginjal merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh orang indonesia. Bahkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, angka prevalensi penduduk Indonesia yang menderita gagal ginjal sebesar 0,2% atau 2 per 1.000 penduduk.
Sedangkan prevalensi batu ginjal sebesar 0,6% atau 6 per 1.000 penduduk atau 1.499.400 penduduk Indonesia menderita batu ginjal.
Penyakit batu ginjal sendiri dapat muncul karena pola hidup yang tidak sehat, seperti konsumsi makanan tinggi garam dan kurang minum air putih.
Konsumsi garam yang tinggi dapat memicu terbentuknya kristal di ginjal. Yang mana lama kelamaan kristal tersebut akan bertambah seiring waktu dan menyebabkan perih saat buang air kecil.
Dilansir dari Suara.com jaringan media nasional Ketik.co.id, Donny Eka Putra, Sp.U (K), Dokter Spesialis Urologi, Konsultan Trauma dan Rekonstruksi Bethsaida Hospital Gading Serpong mengatakan seiring berkembangnya teknologi saat ini telah ditemukan metode baru dalam pengobatan batu ginjal.
Teknologi tersebut adalah ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy). Di Indonesia teknologi ini diperkenalkan oleh Urology Clinic Bethsaida Hospital Gading Serpong, dengan menggunakan alat yang diberi nama Richard Wolf Piezolith 3000 Plus. Alat ini dapat memberikan perawatan batu ginjal yang nyaman dengan hasil maksimal.
Richard Wolf Piezolith dilengkapi dengan teknologi Piezoelektrik Canggih, yakni pembangkit gelombang kejut berbasis piezoelektrik menghasilkan energi yang stabil dan terfokus, membuat perawatan lebih aman dan efektif.
"Dengan alat baru ini, pasien jadi lebih nyaman saat menjalani prosedur. Teknologi yang kami pakai sekarang lebih modern dan bisa menghancurkan batu ginjal dengan lebih akurat," jelas dokter Donny, Rabu 16 Oktober 2024.
Lebih lanjut, teknologi ESWL ini efektif menangani batu ginjal dan batu ureter, yang seringkali menyebabkan gejala seperti nyeri pinggang hilang timbul, nyeri saat buang air kecil, mual dan muntah dan hematuria (darah dalam urin).
"Sedangkan untuk kasus batu ginjal yang lebih parah tetap dibutuhkan kombinasi dari perawatan lain yakni tindakan minimal invasive, seperti PCNL dan RIRS," tambahnya.
Melalui ESWL, gelombang kejut diarahkan ke batu ginjal, menghancurkannya menjadi partikel-partikel kecil yang bisa dikeluarkan melalui urin tanpa operasi invasif.
Terlebih, ESWL juga memiliki fasilitas pemantauan real-time dengan C-Arm dan USG di mana posisi batu ginjal dapat dipantau secara akurat, sehingga dokter dapat menentukan target dengan lebih presisi.
"Teknologi ini juga cocok bagi pasien yang tidak bisa menjalani operasi karena risiko kesehatan tertentu, menjadikannya alternatif yang aman,"pungkasnya.(*)