KETIK, JAKARTA – Menteri Israel Benny Gantz mengumumkan pengunduran dirinya dari pemerintahan darurat Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Minggu (9/6/2024).
Mundurnya Benny Gantz menarik satu-satunya kekuatan sentris dalam koalisi sayap kanan pemimpin tersebut di tengah perang yang telah berlangsung selama berbulan-bulan di Gaza.
Kepergian partai berhaluan tengah Gantz tidak akan menimbulkan ancaman langsung terhadap pemerintah.
Namun hal ini bisa berdampak serius, membuat Netanyahu bergantung pada kelompok garis keras. Perang Gaza tidak akan berakhir dan kemungkinan peningkatan pertempuran dengan Hizbullah Lebanon.
“Netanyahu menghalangi kita untuk mencapai kemenangan sejati,” kata Gantz dalam konferensi pers yang disiarkan televisi dikutip dari Reuters.
“Itulah sebabnya kami meninggalkan pemerintahan darurat hari ini, dengan berat hati namun dengan penuh keyakinan," jelasnya.
Netanyahu menanggapinya dalam sebuah postingan di media sosial. Ia mengatakan kepada Gantz bahwa ini bukan waktunya untuk meninggalkan medan perang.
Dengan kepergian Gantz, Netanyahu akan kehilangan dukungan dari blok sentris yang telah membantu memperluas dukungan bagi pemerintah di Israel dan luar negeri, pada saat tekanan diplomatik dan domestik meningkat delapan bulan setelah perang Gaza.
Meskipun koalisinya masih menguasai 64 dari 120 kursi parlemen, Netanyahu kini harus lebih bergantung pada dukungan politik dari partai-partai ultra-nasionalis.
Para pemimpinnya membuat marah Washington bahkan sebelum perang dan sejak itu menyerukan pendudukan Israel sepenuhnya di wilayah tersebut.
Hal ini kemungkinan akan meningkatkan ketegangan yang sudah terlihat dalam hubungan dengan Amerika Serikat dan mengintensifkan tekanan publik di dalam negeri.(*)