KETIK, SURABAYA – Hotel Yamato atau yang saat ini berganti nama sebagai Hotel Majapahit menjadi salah satu bangunan yang menjadi saksi bisu dan sejarah perjuangan arek-arek Suroboyo dalam melawan penjajah. Hotel ini dibangun pada 1 Juni 1910, dibeli oleh Lucas Martin Sarkies bersaudara, dan dibuka secara resmi tahun 1912.
Tragedi bersejarah di hotel yang terletak di Jalan Tunjungan, Kecamatan Genteng, Surabaya itu terjadi pada 19 September 1945. Hari itu, sekelompok orang Belanda mengibarkan bendera Kerajaan Belanda (merah, putih, biru) di puncak sebelah kanan hotel.
Kemudian para pejuang kemerdekaan merobek warna biru pada bendera Kerajaan Belanda hingga menjadi hanya merah dan putih.
Peristiwa ini pun mengakibatkan pemimpin dari kelompok orang Belanda itu, WVC Ploegman, terbunuh lantaran dicekik seorang pemuda bernama Sidik. Sidik juga tewas tertembak oleh tentara Belanda menggunakan senapan.
Sidik adalah salah satu residen Soedirman yang berunding bersama Ploegman agar menurunkan Bendera Belanda karena Pemerintah Indonesia sudah mengumandangkan proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Kondisi bangunan Hotel Majapahit masih tetap dipertahankan, Kamis, 7 November 2024. (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)
Namun, Ploegman menolak dan tidak mengakui kemerdekaan Indonesia. Akhirnya ia mengeluarkan senjata dan terjadi baku hantam di dalam ruangan. Hariyono dan Soedirman lari keluar hotel, tetapi Hariyono kembali lagi bersama Kusno Wibowo untuk pergi ke atap hotel dan merobek warna biru Bendera Belanda.
Menurut sejarah, hotel tersebut telah beberapa kali berganti nama. Pada tahun 1910, hotel ini berdiri dengan nama Oranje Hotel oleh Sarkies bersaudara.
Kemudian di tahun 1942 hotel tersebut berubah nama menjadi Hotel Yamato atau Yamato Hoteru karena penjajah jepang masuk ke Indonesia dan menguasai hotel ini.
Setelah itu pada 1945, setelah proklamasi, Hotel Yamato berganti nama menjadi Hotel Merdeka atau Hotel Liberty. Di tahun inilah peristiwa perobekan Bendera Belanda dilakukan oleh Hariyono dan Kusno Wibowo.
Pada tahun 1969, perusahaan Mantrust HoldingCo menjadi pemilik baru dan mengganti nama hotel tersebut dari Hotel Merdeka menjadi Hotel Majapahit karena Surabaya memiliki kerajaan besar bernama Majapahit.
Hotel Majapahit kini sudah menjadi hotel yang modern, megah, dan berbintang lima tanpa mengubah penampilannya yang hampir sama seperti dulu. Pihak hotel tak ingin mengubah desainnya karena tak ingin menghilangkan kesan klasik dan cerita sejarahnya.
Hotel ini juga dijadikan cagar budaya untuk mengenang keberanian dan semangat para pemuda Surabaya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. (*)