KETIK, SURABAYA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim telah resmi menghapus Pramuka dari daftar ekskul wajib di sekolah. Hal ini membuat senator terpilih sekaligus tokoh muda Jawa Timur Lia Istifhama merasa prihatin dengan keputusan tersebut.
Keputusan itu dituangkan dalam Peraturan Mendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 tentang Kurikulum pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah.
Permendikbud Nomor 12 Tahun 2024 ini tetap mewajibkan sekolah menyediakan ekskul Pramuka. Namun sifatnya kini sukarela dan tidak wajib.
“Sangat disesalkan atas dihapusnya Pramuka dari ekskul wajib. Semoga ini masih bisa dipertimbangkan ulang,” jelasnya, Senin (1/4/2024).
Lia menilai kegiatan Pramuka sangat dibutuhkan untuk stimulus anak didik berdaya dan berkarya. Ia menilai Pramuka merupakan salah satu tahapan penting bagaimana anak didik ditempa untuk berdaya dan berkarya.
"Kata berkarya jelas tampak dari padanan kata Pramuka yang merupakan singkatan dari praja muda karana, yaitu rakyat muda yang suka berkarya,” ucapnya.
Ia pun kemudian menjelaskan pentingnya tahapan Gerakan Pramuka. Kegiatan ini membentuk anak didik untuk memiliki kemandirian dan daya saing serta membangun kreativitas sesuai tahapan usia atau kemampuan kognitifnya.
"Melalui Gerakan Pramuka mulai dari Pramuka Siaga, lanjut Pramuka Penggalang, Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega,” ucapnya.
Dengan pola pendidikan dan tempaan mental yang didapat anak didik melalui Gerakan Pramuka, itu sangat tepat dan sistematis sesuai sikap dan kemampuan anak di usia tertentu.
Melalui buku saku pramuka yang jadi pedoman untuk dihafal dan dipraktekkan, sejatinya inilah pembelajarann lengkap yang penting untuk diterima anak-anak. "Mereka belajar menghafal, belajar tanggung jawab, dan belajar kerjasama, belajar mandiri dan berani, dan sebagainya. Inilah character building,” ucap Lia.
Untuk memastikan kemanfaatan dari Pramuka, ning Lia pun mengisahkan masa kecilnya saat menjadi Pramuka Siaga. Pramuka merupakan proses pembelajaran di usia sekolah yang sangat penuh kesan.
"Ingat betul, saya dulu masuk di grup Dahlia. Dengan masuk dalam grup yang bernama bunga, maka inilah penguat karakter anggun dan santun yang harus dimiliki oleh perempuan. Kalau anak laki-laki kan nama hewan, dengan tujuan menumbuhkan ketangkasan,” ceritanya.
Alasan itulah yang membuat Lia berharap agar penghapusan Pramuka dari ekskul wajib dipertimbangkan ulang.
“Apalagi jika bicara passion, pola pembelajaran dalam Pramuka sangat menjawab kebutuhan passion anak, kok. Jadi tidak ada alasan yang cukup kuat untuk menjadikannya sebatas ekskul pilihan,” tegasnya. (*)