KETIK, SURABAYA – Lima belas mahasiswa ilmu komunikasi dan fashion product design dari Universitas Ciputra (UC) Surabaya menyelenggarakan program Sandang Terpandang di Balai Desa Desa Bungurasih, Waru Sidoarjo.
Produk yang dihasilkan antara lain aksesoris maupun baju untuk hewan peliharaan yang tetap estetik dan lucu saat dipakai anjing dan kucing.
Program ini merupakan program penguatan kapasistas organisasi kemahasiswaan yang berhasil mendapatkan pendaaan dari DIKTI.
Ketua Pelaksana PPK Ormawa Dr. Jony E. Yulianto menjelaskan bahwa ada 10 orang penjahit dari Desa Bungurasih yang mengikuti pelatihan pemanfaatan limbah pakaian untuk diubah menjadi produk inovatif berupa baju untuk hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing.
“Mahasiswa Ilmu Komunikasi dan Fashion Product Design berkolaborasi dalam melaksanakan pelatihan ini. Sudah 4 bulan mendampingi ibu-ibu penjahit di Desa Bungurasih dalam membuat pakaian hewan dan kemudian telah menjualnya di bazaar-bazaar di Galaxy Mall,” terang Jony, Senin (23/10/2023).
Pemanfaatan limbah pakaian oleh 15 mahasiswa Universitas Ciputra prodi Ilmu Komunikasi dan Fashion Produk Desain. (Foto: Humas UC)
Menurut Jony, dalam kesempatan ini, kelompok mahasiswa melakukan evaluasi kegiatan bazar yang berhasil menjual 130 produk pakaian hewan tersebut.
"Evaluasi dan sekaligus membagi hasil penjualan kepada ibu-ibu penjahit," jelasnya.
Jony memaparkan bahwa kegiatan ini ditujukan untuk memperkenalkan potensi Desa Bungurasih sebagai desa kreatif melalui brand Bungurasih Handmade.
Ia memaparkan mahasiswa melakukan survey untuk mengenali potensi besar warga desa, dan ternyata sebagaian besar pintar menjahit.
"Lalu, kelompok mahasiswa mulai menyusun program untuk membantu kelompok penjahit lokal dapat menghasilkan produk inovatif dengan nilai ekonomis tinggi berbahan limbah pakaian, sampai membuat branding desa," paparnya.
Pakaian untuk anabul yang dihasilkan dari limbah pakaian yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. (Foto: Humas UC)
Kegiatan ini telah terbukti meningkatkan penghasilan warga lokal. Jony berharap brand Desa Bungurasih sebagai desa kreatif semakin kuat.
"Selain itu, agar di masa depan, ada kolaborasi lain antara mahasiswa dan warga desa untuk mengoptimalkan potensi desa dan pendapatan warga melalui program inovatif lainnya,” ucapnya.
Fiorella, mahasiswa yang menjadi Ketua Program Sandang Terpandang menjelaskan bahwa program ini memberikan suatu kesempatan yang besar untuk bisa berkontribusi bagi warga Bungurasih.
"Saya bangga bisa membuat ibu-ibu jadi bisa menjahit dan menjual baju hewan. Semoga Bungurasih Handmade bisa berlanjut dan menjadi salah satu pendapatan bagi masyarakat," pungkasnya. (*)