KETIK, SURABAYA – Memiliki kekurangan bukan penghalang menggapai ilmu setinggi-tingginya. Hal ini yang dipegang teguh oleh Tri Jaka Setiyo Prawisma, mahasiswa tunarungu prodi S-1 Pendidikan Jasmani dan Rekreasi (PJKR) Fakultas Ilmu Keolahragaan dan Kesehatan (FIKK) Universitas Negeri Surabaya (Unesa).
Mahasiswa angkatan 2020 itu berhasil lulus dalam ujian skripsi yang berlangsung di Ruang Ujian, Gedung FIKK, Kampus 2 Lidah Wetan, Senin, 14 Oktober 2024 lalu.
Pemuda yang akrab disapa Tri Jaka tersebut berhasil merampungkan studinya selama 4,2 tahun.
Tri Jaka mengatakan memang banyak tantangan yang harus dihadapi mengingat dirinya miliki kekurangan. Akan tetapi dirinya tidak ingin menyerah dan tetap berusaha untuk membuktikan kepada orang tuanya jika dirinya bisa menggapai cita-citanya lulus tepat waktu.
“Meskipun tantangan di sana sini, tetapi saya harus menjalaninya sepenuh hati, dan akhirnya bisa lulus," jelas Tri Jaka, Senin 21 Oktober 2024.
Tidak lupa dirinya mengucapkan terima kasih kepada orang tuanya yang selama ini memberikan dukungan. Banyak dukungan dan bantuan yang diberikan oleh teman-teman dan dosen selama dirinya berusaha menyelesaikan pendidikan di Unesa.
"Terima kasih saya ucapkan kepada orang tua, para pembimbing, dosen, dan teman-teman yang selam ini mendukung,” imbuhnya.
Bahkan, kerja kerasnya selama menempuh pendidikan di Unesa mendapatkan apresiasi dari para dosen dan Koorprodi.
Mochamad Ridwan, Koorprodi S-1 PJKR menuturkan bahwa Tri Jaka termasuk mahasiswa yang tekun kuliah. Catatan akademiknya juga menunjukkan hasil yang bagus. Ini merupakan pencapaian yang patut dibanggakan dan diapresiasi.
“Keterbatasan ini tidak menghalangi Jaka untuk mengikuti perkuliahan secara aktif,” tuturnya.
Menurutnya, semangat Tri Jaka patut diacungi jempol. Pasalnya, dia tidak menyerah jika pada beberapa kesempatan tidak bisa terlalu mendengarkan atau mencerna materi yang disampaikan dosen.
Biasanya, dia sering meminta penjelasan ulang secara perlahan agar lebih mudah dipahami di akhir sesi perkuliahan. Para dosen pun menyesuaikan metode pengajarannya agar bisa dipahami Tri Jaka.
"Penyesuaian yang dilakukan hanyalah pada metode penyampaian materi oleh dosen, yang diberikan sedikit berbeda dibandingkan dengan mahasiswa pada umumnya,” paparnya.
Ridwan berharap perjuangan Jaka dapat menjadi contoh nyata bagi mahasiswa lainnya tentang semangat belajar yang tak kenal batas, bahkan dalam kondisi yang penuh tantangan.
"Mahasiswa lain harus bisa mengambil nilai positif dan pelajaran berharga dari Jaka. Bagaimana mengembangkan potensi diri sendiri walaupun punya keterbatasan," pungkasnya.(*)