KETIK, MALANG – Kasus stunting di Kota Malang ditargetkan tuntas pada tahun 2030. Target tersebut diawali dengan upaya penuntasan stunting untuk dapat turun mencapai 14 persen pada tahun 2024.
Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko menjelaskan, upaya Kota Malang zero stunting di tahun 2030 didukung dengan pengalokasian dana hingga Rp397 miliar untuk tahun 2024.
"Sudah disiapkan anggaran yang cukup. Oleh karena itu kita ingatkan kembali supaya program-program penanganan stunting betul-betul tepat sasaran dan tepat waktu. Apalagi ada waktu 1000 hari supaya bayi berisiko stunting bisa diselamatkan," jelas Bung Edi usai Rembuk Stunting pada Rabu (30/8/2023).
Menurutnya, faktor kemiskinan tidak selalu menjadi faktor penyebab stunting. Dari temuan tim di lapangan, terdapat beberapa anak dengan ekonomi cukup, namun tetap mengalami stunting.
"Tidak selalu orang yang hidup di garis kemiskinan, anaknya stunting. Mereka ada yang berkehidupan cukup tapi orang tuanya sibuk dan si kecil dititipkan ke kakek neneknya. Di era sekarang ada pasangan yang cukup secara ekonomi tapi kesibukan yang luar biasa dampak ke anak. Ada juga yang kurang paham dengan kesehatan," sambungnya.
Selain penanggulangan, upaya preventif dan intervensi perlu dikedepankan oleh seluruh stakeholder. Bung Edi menekankan supaya calon pengantin diberikan pemahaman terkait cara-cara parenting hingga menekan angka pernikahan dini.
"Seluruh kelurahan menjadi atensi kita. Oleh karena itu tim percepatan di kelurahan harus memahami wilayahnya. Hari ini ada berapa bayi yang lahir, ada berapa ibu hamil, termasuk angka kematian ibu, angka kelahiran anak. Makanya saya usulkan supaya ada dukungan anggaran bagi Tim Percepatan Penurunan Stunting," imbuhnya.
Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang, Donny Sandito juga memberi penekanan pada pencegahan stunting. Mengingat angka anak berisiko stunting di Kota Malang telah mencapai sekitar 3000 jiwa.
"Kami lakukan sosialisasi kepada calon pengantin, baik yang sudah mempunyai rencana untuk menikah, maupun yang belum. Kami kerjasama dengan KUA dan ada tiga bulan sosialisasi untuk pra nikah. Terus kemudian terkait dengan dapur sehat, itu ada di masing-masing kelurahan khususnya untuk penanganan berisiko stunting," jelas Donny.
Donny juga menekankan bahwa dibutuhkan keterampilan orang tua dalam mengasuh anak supaya terhindar dari risiko stunting.
"Sebenarnya bukan tentang kesehatan atau kemampuan orang tuanya, tapi terkait dengan pengasuhannya. Maka kami harus intervensi kepada pendamping keluarga di masing-masing 57 kelurahan. Jadi mendampingi bayi atau pengasuh bayi tersebut," lanjutnya.(*)