KETIK, SURABAYA – Dunia memperingati 8 September sebagai Hari Literasi Internasional atau Hari Aksara Sedunia. Hari ini diperingati dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi dalam kehidupan.
Di tingkat dunia, Hari Aksara Internasional pertama kali dicetuskan pada 1967 oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Memperingati hari itu, beberapa komunitas pegiat aksara di Surabaya Raya yakni Surabaya, Sidoarjo dan Gresik menggelar kegiatan 'Kenalan dengan Aksara Nusantara'.
Mereka adalah Komunitas Pegiat Aksara Surabaya (Kompas), Komunitas Pegiat Aksara Gresik (Kompag), Komunitas Pegiat Aksara Sidoarjo (Kompasida), Menapak Jejak Sejarah (MJS), Kamanuggalan Inti Jiwa (KIJ) dan Orang Indonesia (Oi).
Dihelat di Taman Cahaya, Babat Jerawat Surabaya, kegiatan ini menghadirkan pembelajaran tentang aksara nusantara yang telah banyak dilupakan.
Kordinator Acara Ratih Rahayuning Wigati mengatakan, acara digelar untuk memberikan edukasi kepada peserta dan masyarakat tentang aksara nusantara. Aksara Nusantara tidak seperti itu saja yang bisa dilihat. Namun, dibentuk secara menarik.
"Di sini peserta dan masyarakat bisa melihat hasil tulisan dari aksara jawa, klinik aksara, digitalisasi aksara, dan menulis di lontar juga. Aksara jawa yang diajarkan seperti carakan, kawi, bali dan dewanagari," imbuhnya.
Peserta belajar menulis dalam aksara carakan, kawi, Bali dan dewanagari. (Foto: Suyono/Ketik.co.id)
Untuk menambah antusias peserta dalam belajar aksara nusantara, panitia memberikan hadiah khusus kepada mereka yang sudah dengan benar menulis kata dengan aksara carakan, kawi, Bali bahkan dewanagari.
Hadiah berupa buku Pararaton, buku Anugerah Maharaja dan Kamus Jawa kuno El Made Warsito.
Samiono dari komunitas Kamanuggalan Inti Jiwa (KIJ) menuturkan, ia dan kawan-kawan sangat setuju dan mendukung sekali acara seperti ini. Kalau bisa dilaksanakan lebih besar lagi.
"Masyarakat banyak yang tahu aksara ini namun masih malas belajar. Saya berharap dinas terkait dan komunitas lainnya," pungkasnya.
Selain peserta, masyarakat yang sedang berada di lokasi acara juga tertarik. Tidak hanya melihat namun juga belajar menulis.
"Awalnya saya melihat saja acara ini. Namun setelah saya lihat, kok jadi penasaran. Akhirnya saya ikut juga belajar menulis. Acara seperti ini sangat bagus, karena nguri-nguri budaya. Sudah saatnya ada generasi muda yang melanjutkan pengetahuan akan aksara ini. Sangat disayangkan jika kita tidak bisa menguasai aksara ini," tutur Benni Kustejo warga Surabaya.
Senada dengan itu, Agus Tulus perwakilan dari Orang Indonesia (Oi) mengatakan, mendukung acara ini sebagai wujud menjaga budaya bangsa.
Penyerahan langsung buku Pararaton, Anugerah Maharaja Kamus Jawa kuno El Made Warsito kepada peserta. (Foto: Suyono/Ketik.co.id)
Hari Literasi Internasional atau Aksara Internasional bermula di Konferensi Dunia Menteri Pendidikan untuk Pemberantasan Buta Aksara, yang diadakan di Teheran, Iran pada 8 September 1965.
Pemerintah Republik Iran mengusulkan agar UNESCO memberikan hadiah literasi internasional untuk mereka yang berjasa dalam perjuangan melawan buta huruf.
Dicetuskan oleh UNESCO, Hari Literasi Internasional atau Hari Aksara Sedunia sebagai langkah untuk memajukan literasi membentuk masyarakat yang lebih paham huruf dan berkelanjutan.
Perayaan secara international ini telah berlangsung setiap tahun di seluruh dunia untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya literasi sebagai masalah martabat dan hak asasi manusia, dan untuk memajukan agenda literasi menuju masyarakat yang lebih melek huruf dan berkelanjutan.
Sejak Hari Aksara Internasional pertama kali diperingati pada tahun 1967, setiap tahun, masyarakat internasional rutin memperingatinya. (*)