KETIK, JEMBER – Puncak badai El Nino dalam sepekan terakhir ini belum berakhir, cuaca panas semakin melanda daerah terdampak salah satunya di Kabupaten Jember. Sejumlah wilayah mengalami krisis air bersih, semakin hari semakin meluas.
Hingga Rabu (11/10/2023), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jember mendata ada kurang lebih 1.172 KK serta 180 jiwa santri yang terdampak bencana krisis air bersih dan kekeringan. Mereka tersebar di delapan kecamatan.
Diperkirakan bencana kekeringan dan krisis air bersih akan terus berlangsung hingga beberapa waktu mendatang. “Sementara kami prediksi sesuai data BMKG, kekeringan masih akan terjadi hingga 9 November mendatang,” jelas Kepala BPBD Jember, Widodo Julianto.
Melihat fenomena itu, Widodo mengatakan masih terus mengupayakan berbagai bentuk pencegahan. Mendata dan melakukan asesmen serta berkoordinasi dengan instansi lain untuk membantu penyaluran air bersih.
Dirinya juga meminta masyarakat selama kekeringan masih melanda agar selalu bijak dalam menggunakan air bersih sehari-harinya. “Misalnya mandi lebih singkat dan hemat penggunaan air,” imbuhnya.
Terpisah, Palang Merah Indonesia (PMI) Jember hingga pertengahan Oktober 2023 sudah mendistribusikan ratusan ribu liter air bersih ke lokasi terdampak kekeringan.
“Sejauh ini PMI Kabupaten Jember sudah melakukan distribusi 260 ribu liter air bersih mulai 24 Agustus,” papar Mohammad Thamrin, ketua PMI Jember.
Kekeringan diperkirakan makin panjang, pihaknya berlanjut koordinasi dengan BPBD Jember untuk distribusi air bersih. “Air bersih bantuan pemerintah dan organisasi kemanusiaan meringankan warga mencukupi kebutuhan air untuk minum dan masak,” lanjut Thamrin.
Tercatat ada delapan kecamatan terdampak kekeringan yang menyebabkan warga kesulitan mendapatkan air bersih. Kecamatan tersebut di antaranya Patrang, Kaliwates, Kalisat, Sukorambi, Ledokombo, Sumbersari, Arjasa, dan Silo.(*)