KETIK, SURABAYA – Ada satu remaja yang membuat para hadirin berdecak kagum di acara Forum Diskusi Lintas Sektor yang digelar Unicef bersama Ketik Media, Rabu (5/6/2024) lalu di JW Marriott Surabaya.
Dia adalah Rachel Zahra Maharani. Salah satu perwakilan generasi muda dari SMAN 1 Saradan ini berhasil menyita perhatian seluruh tamu undangan dengan kemampuannya yang luar biasa.
Di hadapan forum yang dihadiri Dinas Pendidikan Jawa Timur, ITS, Kadin Jatim, CEO Jatim, dan para pakar pendidikan, dengan fasihnya Rachel, panggilan akrabnya, menyampaikan pendapat memakai bahasa Jepang panjang lebar.
Ia satu-satunya peserta diskusi yang berani berbicara menggunakan salah satu bahasa tersulit di dunia tersebut.
Bagaimana perjalanan Rachel belajar bahasa Jepang sampai fasih mempraktekkannya secara lisan?
Suka Nonton Anime
Kemampuan luar biasa yang dimiliki Rachel tentu saja tidak datang secara tiba-tiba. Ketertarikan Rachel terhadap bahasa Jepang berawal dari kecintaannya terhadap film-film animasi Jepang yang dikenal sebagai film anime.
Sejak Sekolah Dasar (SD), perempuan asal Madiun ini suka nonton anime dan film-film Jepang. Hampir setiap hari ia menonton anime, terutama Naruto dan One Piece. Akhirnya terbesit keinginannya untuk memahami alur cerita film tanpa menggunakan subtittle.
"Awalnya pengen banget lihat anime tanpa subtitle. Tapi lama-lama ngerasa Bahasa Jepang kok asik, jadi pengen belajar," ungkapnya, Jumat (7/6/2024).
Selama setahun, sejak kelas enam SD hingga SMP kelas 1, dengan konsisten ia belajar menulis huruf Jepang, Hiragana, Katakana, dan Kanji. Ia menceritakan untuk belajar menulis huruf Jepang saja memang membutuhkan waktu, sebab huruf Jepang memiliki tingkat kesulitan tersendiri bagi penutur asing seperti dirinya.
"Tulisannya itu aku hafalin satu-satu. Karena kan tulisan sini sama Jepang itu beda. Di sana itu tulisannya A I U E O. Apalagi di sana ada tulisan Kanji juga, itu susah," tutur siswi 16 tahun itu.
Kepiawaian Rachel berbahasa Jepang sukses membuat para tamu undangan takjub (Foto: Fatimah/Ketik.co.id)
Pada Ketik.co.id, ia bercerita di dinding kamarnya penuh tempelan-tempelan poster huruf Jepang. Ia menabung demi membeli poster-poster tersebut. Itu supaya dia lebih mudah menghafal setiap huruf Jepang yang rumit itu.
Kesulitan tulisan Jepang, katanya, terletak pada jenis hurufnya yang banyak. Huruf Kanji misalnya, punya lebih dari 3000 huruf yang harus ia pelajari. Dari sini ia memiliki trik menghafal yang efektif selain pakai poster, yakni sehari menghafal tiga huruf.
"Tiap hari itu nulis satu-satu. Per hari tiga Kanji, konsisten. Kalau langsung banyak itu nggak bisa. Makanya prosesnya lama," terang Rachel.
Fasih Bahasa Jepang
Setelah mahir menulis huruf-huruf Jepang, ia melanjutkan belajar berbicara bahasa Jepang. Rachel memanfaatkan platform-platform online seperti Ome TV, Youtube, Duo Lingo, sosial media, sampai aplikasi khusus yang langsung menghubungkannya dengan orang Jepang.
"Ada aplikasi chat sendiri yang bisa buat aku terhubung langsung sama orang Jepang. Isinya semua orang Jepang, orang Indonesianya hanya aku," ujarnya sambil mengingat-ingat nama aplikasi tersebut.
Awalnya, ia kesulitan mendapatkan akses interaksi langsung dengan orang Jepang. Berkali-kali Rachel mencoba terhubung langsung dengan mereka tapi nihil.
Singkat cerita, usahanya tidak sia-sia. Dari Instagram, ia bisa terhubung dengan orang Jepang, salah satunya Nita Miyuki yang bahkan sampai sekarang menjadi teman dekatnya.
"Sampai sekarang aku masih kontak sama Miyuki. Dia seumuran sama aku. Kadang bahas anime, budaya sampai hobi. Hobi kami kan sama, suka gambar. Miyuki juga sering ngajarin aku Bahasa Jepang, jadi kalau aku salah itu dibenerin sama dia," ungkap perempuan yang juga hobi mendaki gunung itu.
Ia mengaku komunikasinya dengan Miyuki sangat membantu meningkatkan skill Bahasa Jepangnya. Karena baginya, kemampuan berbahasa harus sering terus diasah agar tidak mudah lupa.
"Yang penting konsisten. Dibawa santai aja. Kalau rasa malas muncul, aku selalu ingat tujuan utamaku untuk kuliah di Jepang," ungkapnya.
Salah satu komik digital karya Rachel (Foto: dok. Rachel Zahra)
Berkat kegigihannya selama 3 tahun belajar, sekarang Rachel fasih berbicara bahasa Jepang hingga mendapat apresiasi dari banyak pihak khususnya Unicef, Dinas Pendidikan Jatim, CEO jatim, ISMI Jatim, Ketik Media, dan para undangan lainnya yang hadir dalam Forum Diskusi Lintas Sektor.
Sosok Inspiratif
Kepiawaiannya dalam berbahasa Jepang membuatnya menjadi sosok inspiratif di sekolah.
Ia menceritakan ada teman laki-lakinya tertarik belajar Bahasa Jepang karena melihat Rachel piawai berbahasa Jepang di sekolah.
"Dia dulunya cuma suka nonton anime. Tapi mungkin karena lihat aku, akhirnya tertarik juga belajar," papar pemilik akun Instagram @rahellzm itu.
Tidak hanya bahasa, sederet prestasi lain juga pernah ia kantongi terutama di bidang digital. Mulai dari juara lomba poster, desain grafis hingga juara komik digital.
"Aku bisa bikin komik digital itu ya terinspirasi dari anime itu. Jadi belajar bikin alur ceritanya, karakter, gambar, semua otodidak," terang perempuan berzodiak Aries itu.
Kini, meskipun masih kelas 1 SMA ia sudah berjuang mempersiapkan mimpinya untuk bisa berkuliah di Tokyo University jurusan Hubungan Internasional.
Dan, bulan Juli depan Rachel mulai mengikuti tes Japanese Language Proficiency Test (JLPT) N1 untuk mengajukan beasiswa Monbukagasho dari pemerintah Jepang.
Prestasi Rachel:
- Juara 1 lomba FLS2N bidang komik digital tingkat kabupaten
- Juara 1 dan juara favorit lomba konten edukasi desain grafis Direktorat Jenderal Pajak Madiun
- Purna Anggota Paskibra 2023 se-kecamatan Saradan
Organisasi:
- Osis SMA 1 Saradan
- Himpunan Musyawarah Osis (HIMO) Kabupaten Madiun.(*)