KETIK, JAKARTA – Sebagai tahap awal pengenalan makanan padat pada bayi, pemberian makanan pendamping Air Susu Ibu (MPASI) setelah periode ASI eksklusif merupakan hal penting dan krusial pertumbuhan anak.
Karena itu, pemilihan bahan pangan juga penting untuk memastikan kecukupan kandungan gizi untuk kebutuhan anak.
Dikutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pada umumnya setelah memasuki usia 6 bulan, kebutuhan nutrisi bayi baik makronutrien maupun mikronutrien tidak dapat terpenuhi hanya oleh ASI.
Salah satu nutrien yang paling tidak terpenuhi kebutuhannya setelah usia 6 bulan adalah zat besi (Fe), yang dapat diperoleh dari protein hewani khususnya susu.
Bayi berusia 6 – 8 bulan misalnya, membutuhkan sekitar 30gr asupan protein hewani seperti hati ayam, daging sapi, telur atau udang setiap hari.
Selain itu, pemberian susu pertumbuhan pada periode ini juga penting untuk memastikan kebutuhan zat-zat makro & mikronutrient anak tercukupi.
Namun, dr. Shinta Aprilia mengingatkan masyarakat tentang potensi bahaya dalam konsumsi susu UHT yang mengandung kadar gula yang tinggi, terutama bagi anak-anak yang rentan terhadap kelebihan konsumsi gula.
Beberapa merek susu UHT ditemukan mengandung lebih banyak gula dibandingkan susu segar, yang seharusnya merupakan sumber nutrisi yang seimbang bagi anak-anak maupun orang dewasa.
"Cek persentase kandungan susu dalam satu bungkus kemasan dengan melihat tulisan yang dicetak tebal. Jangan sampai anak-anak minum air gula rasa susu," jelas dr. Shinta.
Lebih lanjut, dr. Shinta juga mengingatkan agar konsumen lebih berhati-hati dalam memilih susu UHT yang memiliki varian rasa seperti coklat, stroberi, mocca, melon, dan lainnya. Ada baiknya memilih susu tanpa tambahan rasa karena kandungan gulanya lebih sedikit.
"Tambahan rasa berarti menambahkan gula tambahan dalam komposisi, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan anak-anak," tambahnya.
Dokter yang suka membagikan informasi kesehatan di akun media sosialnya ini juga menekankan pentingnya kesadaran konsumen dalam memilih makanan dan minuman untuk anak-anak maupun diri sendiri.
"Sebagai konsumen, kita harus bijak dan berhati-hati. Kesehatan kita dan generasi masa depan tergantung pada pilihan nutrisi yang tepat," tutup dr. Shinta.(*)