KETIK, SURABAYA – Faishal baru saja rampung merapikan dagangan saat Ketik.co.id mengunjungi lapaknya Rabu siang lalu (8/5/2024).
Seperti warung Madura pada umumnya, deretan rokok aneka merk sengaja dijajar rapi secara horizontal di dalam lemari kaca di bagian depan toko miliknya tersebut. Di sampingnya lantas ada tiga pilihan jenis beras.
Sementara rentengan aneka jajanan, shampo, dan sabun-sabunan bergelantungan menyapa setiap pelanggan yang datang di atasnya.
Pesona warung Madura seperti milik Faishal ini belakangan semakin menyita perhatian. Bukan hanya karena jumlahnya yang semakin menjamur, namun juga karena isu pembatasan jam buka yang sempat viral menjadi penyebabnya.
Puluhan tahun terakhir, masyarakat tak bisa berbuat apa-apa dengan kepungan retail-retail modern berbentuk minimarket yang menjamur di setiap sudut kota.
Lengkap menjadi salah satu alasan pelanggan membeli di warung madura, Kamis (9/5/2024). (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)
Warung-warung kelontong tradisional perlahan tersisihkan dan jumlahnya semakin berkurang. Menjamurnya warung Madura belakangan seperti menjadi titik balik dari itu semua.
Kepada Ketik.co.id Faishal mengatakan, warung Madura bermula dari usaha milik sekelompok orang-orang asal Sumenep yang merantau ke Jakarta dan Bali.
Kebanyakan dari mereka memilih untuk berdagang dengan membuka warung di perantauan dengan ciri khas tatanan toko warung Madura seperti yang kita kenal saat ini.
“Lama-lama, orang-orang Pamekasan, Sampang, dan Bangkalan seperti saya, juga ikut buka. Itu juga yang membuat jumlahnya makin banyak sekarang,” ucap Faishal yang warungnya berada di kawasan Jemursari Surabaya itu.
Dia mengatakan, sebenarnya tidak ada pakem khusus untuk tatanan warung Madura. Hanya saja, kebanyakan pemilik warung Madura memang ingin memanfaatkan ruang sempit yang mereka miliki dengan sebaik mungkin.
"Orang-orang Madura merasa desain seperti ini membuat toko tampak rapi dan bersih. Itu saja," ucapnya.
Meskipun berada di depan minimarket, warung Madura tetap berdiri dan siap bersaing, Kamis (9/5/2024). (Foto: Khaesar/Ketik.co.id)
Satu lagi ciri khas dari warung Madura adalah sistem bukanya yang 24 jam non stop. Menanggapi isu pembatasan jam buka atau operasional warung Madura yang sempat viral, sama sekali tidak membuat Faishal resah.
Baginya, niatnya berdagang hanya mencari nafkah. “Ndak ada niat lain,” ucapnya.
Persaingan dengan retail minimarket modern juga tidak dia pusingkan. Bagi Faishal, tidak ada pikiran warung Madura miliknya bersaing dengan minimarket. "Rezeki semua sudah ada yang ngatur, ada porsinya masing-masing," ucapnya.
Faishal juga mengatakan, keberadaan warung Madura sama seperti toko kelontong pada umumnya. Jadi, kalau dipermasalahkan menurutnya malah aneh.
“Itu kan ya lucu saja, karena memang warung Madura ini sama saja seperti warung pada umumnya," jelasnya.(*)