KETIK, SURABAYA – Tradisi Toron adalah sebuah adat istiadat yang berasal dari Madura, sebuah pulau di sebelah timur laut Jawa, Indonesia.
Kata "Toron" dalam bahasa Madura berarti turun, dan tradisi ini berkaitan dengan kembalinya masyarakat Madura yang merantau ke berbagai daerah di Indonesia, terutama ke pulau Jawa, ke kampung halamannya di Madura
Tradisi Toron Madura menunjukkan betapa kuatnya ikatan antara masyarakat Madura dengan tanah kelahirannya, meskipun mereka telah merantau jauh.
Tradisi Ini juga mencerminkan nilai-nilai kekeluargaan dan penghormatan terhadap leluhur yang masih sangat dijunjung tinggi dalam budaya Madura.
Dosen Ilmu Sejarah, Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unair Moordiati SS M Hum memberi penjelasan soal tradisi tersebut.
Moordiati menerangkan, Toron memiliki dua arti yaitu turun atau kembali ke kampung halaman dan Toron Tana atau kembali ke kampung halaman.
“Toron memiliki dua arti, yang pertama yaitu turun, orang Madura yang bermigrasi pulang ke kampung halamannya. Kedua adalah Toron Tana, yaitu orang Madura pulang ke kampung halaman untuk menyambangi keluarga dan kerabatnya,” terang Moordiati pada Senin (17/6/2024).
Moordiati menjelaskan konteks menyambangi keluarga ini. Orang Madura tidak hanya menyambangi keluarga dan kerabatnya yang masih hidup. Akan tetapi, juga kerabat yang sudah meninggal dunia melalui ziarah di makamnya.
Dalam sejarah masyarakat Madura, tradisi Toron merupakan kebiasaan yang telah dilakukan sejak lama. Namun, belum ada sumber primer yang menjelaskan secara spesifik kapan tepatnya asal muasal tradisi itu.
“Tidak ada catatan khusus dari peninggalan kolonial tentang kapan awal mulanya tradisi ini ada. Namun, berdasarkan orang Madura yang bermigrasi ke luar daerah, sebenarnya sudah mereka mulai sejak jauh sebelum abad ke-19,” tutur Moordiati.
Moordiati mengatakan bahwa Toron memiliki arti tersendiri bagi masyarakat Madura. Toron menjadi salah satu tradisi yang dilestarikan untuk meningkatkan tali persaudaraan dan rasa cinta terhadap keluarga, kerabat, teman, dan tanah kelahiran.
“Toron menjadi seperti obat rasa rindu dan semangat pembangun motivasi bagi masyarakat perantau dari Madura. Hal ini juga menjadi momen yang hangat dan meningkatkan rasa persaudaraan dan cinta tanah kelahiran bagi masyarakat Madura,” tutur Moordiati.
Dalam segi sosial dan ekonomi, Toron juga berdampak positif untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Madura. Hal tersebut pula yang menjadikan tradisi Toron terus lestari.
“Kebanyakan perantau sukses, ketika pulang membuat masyarakat Madura lainya termotivasi, sehingga terjadi diaspora dan tradisi Toron terus lestari,” pungkasnya. (*)