KETIK, SIDOARJO – ”Saya pingin tetap di sini. Tapi, sekolahnya diperbaiki,” ungkap Ilham, siswa SMP Negeri 2 Tanggulangin, sambil melipat celana. Siswa lain tampak berjalan di lapangan sekolah. Menuju tiang bendera Merah Putih. Sudah bertahun-tahun sekolah itu kebanjiran.
Ilham adalah satu di antara 656 murid SMPN 2 Tanggulangin. Sekolah yang berlokasi di Desa Kedungbanteng, Kecamatan Tanggulangin, itu sudah bertahun-tahun banjir. Setiap musim hujan. Halaman tergenang. Setinggi mata kaki.
Ketika Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sidoarjo Dr Tirto Adi MPd mengujunginya pada Kamis siang (18/1/2024), enam kelas masih kebanjiran. Ruang belajar becek. Lumpur masuk kelas. Bangku-bangku pun harus dievakuasi agar tidak terkena genangan air.
Masing-masing kelas IX A, IX B, IX C, IX D, serta VIII D dan VIII E. Murid-murid terpaksa diungsikan ke ruang laboratorium komputer dan keterampilan. Di sanalah mereka melanjutkan pembelajaran.
Menurut rencana pimpinan SMPN 2 Tanggulangin, belajar secara online (dalam jaringan) bisa menjadi solusi. Sebab, kalau anak-anak seluruhnya dipaksakan belajar di sekolah, ruang kelas tidak cukup.
Guru-guru SMPN 2 Tanggulangin bukan tidak berusaha. Mereka telah menggunakan dua pompa untuk mengusir air bah dari sekolah. Satu pompa bantuan dari Dinas PU Bina Marga dan Sumber Daya Air (PU BM SDA). Namun, pompa itu tidak bisa berfungsi optimal.
Satu pompa lagi disiapkan pihak sekolah. Sebuah pompa air layaknya untuk sumur bor. Tentu saja kemampuan pompa seukuran kebutuhan rumah tangga itu jauh dari mampu untuk menyedot ribuan meter kubik air. Banjir tetap menghampar di depan, tengah, maupun belakang SMPN 2 Tanggulangin.
Kepala Disdikbud Sidoarjo Dr Tirto Adi melihat langsung kondisi kelas di SMPN 2 Tanggulangin yang tergenang banjir pada Kamis (18/1/2024). (Foto: Fathur Roziq/Ketik.co.id)
Kepala Disdikbud Sidoarjo Tirto Adi datang membawa solusi. Kepada para guru, Tirto Adi menyatakan sudah menyiapkan sejumlah Solusi untuk sekolah yang sering kebanjiran itu.
Ada solusi jangka pendek yang disiapkan Tirto Adi. Sudah ada anggaran Rp 1,2 miliar pada 2024 ini untuk meninggikan ruang kelas. Disdikbud juga memberikan sepatu boot untuk anak-anak. Total ada 1.000 sepatu boot. Sekitar 650 telah dibagikan tahun lalu. Sisanya juga segera dibagikan.
”Anak-anak ini sudah diberi sepatu boot karet. Inventaris sekolah. Jadi, walaupun banjir, pembelajaran tetap jalan," terang Tirto Adi.
Ada pula solusi jangka panjang. Tirto Adi menegaskan lagi wacana untuk merelokasi SMPN 2 Tanggulangin. Dua lokasi pilihan sudah muncul. Masing-masing Desa Putat dan Desa Gempolsari. Lahannya sedang dicari.
”Kami akan terus koordinasi dengan OPD terkait. Perlu dilakukan kajian dan feasibility study untuk mencari lahan pengganti. Yang pasti lokasinya tidak banjir lagi,” ungkap Tirto Adi.
Saat mengunjungi SMPN 2 Tanggulangin, Tirto Adi berkeliling sekolah. Dari halaman, kelas-kelas yang banjir, lokasi pompa, maupun lorong-lorong dan koridor di sekolah. Dia juga menyempatkan diri menyapa murid-murid yang sedang berada di kelas.
Mereka ditanya. Masih betah di sekolah yang sekarang atau ingin pindah. Rata-rata murid malah menyatakan betah di SMPN 2 Tanggulangin yang sering banjir itu. Tidak ingin pindah.
”Saya apresiasi semangat siswa. Mereka tangguh. Sudah terlatih. Tetap semangat belajar meskipun sekolah banjir,” ucapnya.
Kepala SMPN 2 Tanggulangin Sukadi mengatakan pembelajaran di sekolah tetap berjalan seperti biasa meskipun sekolah tergenang air. Banjir sudah berjalan dua hari sejak Selasa (16/1/2024). Dia berharap tidak terjadi hujan deras lagi.
”Kalau hujan deras lagi, waahh….,” ungkapnya. (*)