KETIK, SURABAYA – Beberapa daerah di Jawa Timur sudah mulai mengalami hujan. Hal ini membuat Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono memimpin apel kesiapsiagaan.
Langkah ini sebagai antisipasi untuk menghadapi dampak bencana banjir tahun 2024/2025 di Bendung Gerak Waruturi Desa Gampeng, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Selasa, 5 November 2024.
"Kita berharap bencana tidak terjadi. Namun, kami yakin bahwa jikalau bencana datang, kita semua dalam posisi siap. Siap dalam segi personel maupun sarana prasarana untuk meminimalisir dampak bencana dan melakukan penanganan," tegas Adhy.
Adhy meminta semua pihak berkomitmen tinggi dan bahu membahu dalam menghadapi dampak terjadinya bencana khususnya banjir. Pasalnya, saat ini Jawa Timur telah memasuki musim penghujan dimana bencana hidrometeorologi menjadi ancaman yang perlu diwaspadai.
"Tetap semangat dan terus bekerja keras serta berkomitmen untuk bahu membahu dalam menanggulangi dan mengurangi dampak bencana yang terjadi di Jawa Timur," pintanya.
Adhy menekankan bahwa untuk menghadapi dan menanggulangi dampak bencana dibutuhkan kolaborasi dan sinergi dari banyak pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah Kabupaten Kota, komunitas-komunitas, dunia usaha dan masyarakat sendiri.
"Bersama sama kita menanggulangi, dengan bersatu bersama kita akan bisa mengatasi persoalan bencana, tidak bisa ketika melakukan suatu penanggulangan tidak tersistem dan tidak berhubungan dengan instansi lain atau pihak lain, kita bukan single fighter," tegasnya.
Adhy menilai apel ini penting dilakukan sebagai wujud kesiapsiagaan menghadapi berbagai ancaman bencana di Jawa Timur, khususnya banjir. Selain itu juga karena Jawa Timur secara geografis, geologis, demografis maupun hidro-geologis provinsi jawa timur merupakan wilayah yang rawan bencana.
"Apel siaga ini bagian dari kesiapsiagaan yang memang wajib dilakukan, 70 persen kita bisa menghadapi risiko bencana ada di Kesiapsiagaan kita," ucapnya.
Kesiapsiagaan, lanjut Adhy, meliputi banyak aspek di antaranya apel siaga itu sendiri, peningkatan kapasitas, simulasi, gladi lapang juga pengecekan alat. Adhy menilai pengecekan alat penting dilakukan karena ketika sesuatu saat terjadi tanggap darurat semua sudah dalam kondisi siap dioperasikan.
"Tinggal mengaktivasi dan teman-teman pasukan sudah siap," ujarnya.
Sementara itu, Pemprov Jatim pada 2023- 2024 terus berupaya meningkatkan peralatan penanganan tanggap darurat bencana.
Di antaranya berupa pengadaan 9 excavator, 1 mobile pump, 2 self loader, dan peralatan penunjang lainnya.
Dirinya optimistis dengan bertambahnya peralatan tersebut petugas di lapangan akan semakin sigap dan tangkas dalam upaya penanggulangan bencana banjir di Jawa Timur.
"Mungkin kita tidak bisa menghindari bencana dan bencana pasti ada, ada musimnya, tinggal bagaimana kesiapsiagaan kita menghadapinya," imbuhnya.
Ia menuturkan langkah-langkah antisipatif, preventif, dan rekonstruksi pasca bencana yang di lakukan Pemerintah Provinsi Jawa Timur bersama seluruh pihak terkait harus terus diupayakan dan ditingkatkan.
Pasalnya langkah tersebut berhasil menurunkan Indeks Risiko Bencana (IRB) Jatim secara signifikan sebanyak 36,23 poin dalam lima tahun terakhir.
"Mari terus bersinergi dan berkolaborasi dalam upaya penanggulangan bencana sesuai bidang masing-masing," ajaknya.
Berdasarkan data Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2023, IRB Jatim berada pada level sedang di angka 101,65. Sebelumnya IRB Jatim secara berurutan sejak 2019 hingga 2022 mengalami penurunan dari angka 137,88 ke 126,42, lalu 117,26 dan 108,69.
"Kita sedang upayakan terus setiap tahun supaya menjadi rendah," tuturnya. (*)