KETIK, SURABAYA – Sebanyak 17 kabupaten/kota di Jawa Timur darurat kekeringan. Data itu berdasar hasil pemetaan yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim.
Menurut Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Jatim, Gatot Soebroto, dari 17 kabupaten/kota yang darurat kekeringan, 13 di antaranya berstatus siaga darurat, sementara sisanya tanggap darurat.
"Untuk tanggap darurat itu ada di Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Pasuruan sama kabupaten Mojokerto," katanya kepada Ketik.co.id, Kamis (24/8/2023).
"Sebelumnya ada 15 yang tanggap darurat, tapi Kabupaten Pamekasan sudah ada penanganan sehingga turun statusnya menjadi siaga darurat," sambungnya.
Untuk menangani bencana kekeringan tersebut, berbagai upaya sudah dilakukan BPBD Jatim. Salah satu solusi jangka pendek tentunya distribusi air bersih ke wilayah terdampak.
"Distribusi air bersih dilakukan oleh BPBD provinsi bekerja sama dengan BPBD Kabupaten/kota yang wilayahnya mengalami kekeringan," lanjut Gatot.
Selain BPBD, beberapa Organisasi Perangkat Daerah (OPD) ikut terlibat. Termasuk instansi lain seperti TNI/Polri juga ikut menyalurkan bantuan air bersih.
"Alhamdulillah semua kejadian bencana yang ada di Jawa Timur selalu dikerjakan ataupun dilaksanakan dengan gotong royong," mantan Kepala Biro Kesra Setdaprov Jatim ini.
Kalaksa BPBD Jatim, Gatot Soebroto saat memimpin pendistribusian air bersih (Foto: BPBD Jatim)
BPBD Jatim, kata Gatot, juga sudah mengupayakan hujan buatan melalui teknologi modifikasi cuaca (TMC) kepada BNPB. Namun, kondisinya belum memungkinkan untuk direalisasikan.
"Kalau melihat kondisi yang ada saat ini dan mengacu pada data dari BMKG maka untuk bulan Agustus-September belum bisa dilakukan penyemaian garam untuk dilakukan TMC," jelasnya.
Gatot juga mendorong solusi jangka panjang melalui pengeboran atau pipanisasi untuk mendistribusikan air. Mengingat ada banyak sumber-sumber mata air yang bisa dimanfaatkan.
Di samping itu, Gatot mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan. Pasalnya ada banyak sumber air yang tercemar karena menjadi tempat pembuangan sampah.
"Sehingga sumber air yang seharusnya bisa dimanfaatkan menjadi tidak termanfaatkan dengan baik karena kita kebiasaan membuang sampah di sungai," terang Gatot.
"Ada juga sumber air yang masih bagus tetapi kita tidak mengolahnya dengan bagus sehingga menjadi keruh," pungkas mantan Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jatim ini.(*)